BLOG INI ADALAH BLOG UNTUK ANDA SEMUA YANG MEMBUTUHKAN INFORMASI MENGENAI KONSELING, PSIKOLOGI, SENI DAN AGAMA.

MARI BERBAGI ILMU, PENGALAMAN DAN EKSPRESI! TEBARKAN SEMANGAT BERBAGI

Senin, 27 Juli 2009

Mengenali Krisis

APAKAH KRISIS ITU? -*-

Untuk terlibat dalam pelayanan krisis, kita harus mengerti betul tentang arti krisis itu. Webster mendefinisikan kata krisis sebagai suatu "masa yang gawat/kritis sekali" dan "suatu titik balik dalam sesuatu". Istilah ini sering digunakan untuk suatu reaksi dari dalam diri seseorang terhadap suatu bahaya dari luar. Suatu krisis biasanya meliputi hilangnya kemampuan untuk mengatasi masalah selama sementara waktu, dengan perkiraan bahwa gangguan fungsi emosi dapat kembali seperti semula. Jika seorang mengatasi ancaman itu secara efektif, maka ia dapat kembali berfungsi seperti keadaan sebelum krisis. Huruf Tionghoa untuk krisis terdiri atas dua lambang; yang satu melambangkan keadaan tanpa harapan dan yang lain melambangkan kesempatan. Apabila para dokter berbicara tentang krisis, yang mereka maksudkan ialah saat-saat terjadinya perubahan dalam suatu penyakit, entah perubahan menjadi baik atau perubahan menjadi lebih parah. Apabila seorang konselor berbicara tentang suatu krisis pernikahan, yang mereka maksudkan ialah titik balik ketika pernikahan itu bisa menuju ke dua arah: arah menuju pertumbuhan,keindahan, dan perbaikan, atau menuju ketidakpuasan, penderitaan, dan dalam beberapa hal, tanpa penyelesaian. Apabila orang berada dalam keadaan tidak seimbang karena peristiwa yang terjadi, mereka mengalami suatu krisis. Istilah ini sering kali disalahgunakan karena dipakai untuk peristiwa yang menjengkelkan yang terjadi tiap-tiap hari. Istilah stres dan krisis dipakai dengan cara dipertukar tempatkan tetapi secara salah. Suatu krisis dapat disebabkan oleh satu atau beberapa faktor. Krisis dapat merupakan suatu masalah yang terlalu besar atau hebat, misalnya mengalami kematian seorang anak. Krisis dapat juga merupakan masalah yang tidak serius bagi kebanyakan orang, tetapi untuk orang-orang tertentu mempunyai arti khusus sehingga menjadi masalah yang hebat sekali. Krisis dapat merupakan suatu masalah yang terjadi pada waktu orang dalam keadaan rentan atau ketika orang tersebut tidak siap untuk hal itu. Orang-orang biasanya mengatasi masalah tersumbatnya bak tempat cuci piring atau W.C. seperti tanpa kesulitan. Tetapi jika hal ini terjadi ketika mereka sakit, mereka bisa merasa tidak berdaya. Ini dapat terjadi apabila mekanisme normal dari seseorang untuk mengatasi masalah tidak berfungsi dengan baik, atau ketika orang itu tidak mendapat bantuan dari orang lain yang ia butuhkan.
Krisis tidak selalu buruk. Sebaliknya krisis menunjukkan suatu titik yang sangat penting di dalam kehidupan seseorang. Oleh karena itu krisis dapat membawa kesempatan, dan juga bahaya. Waktu orang-orang mencari metode-metode untuk menanggulangi krisis, mereka dapat memilih jalan kehancuran -- tapi mereka dapat juga menemukan suatu metode baru yang lebih baik untuk menganggulangi masalahnya daripada metode yang mereka punyai sebelumnya.

Jadi kita melihat bahwa krisis mempunyai empat unsur yang jelas.

UNSUR-UNSUR YANG UMUM DALAM KRISIS
----------------------------------
Unsur yang pertama adalah kejadian yang penuh risiko. Ini adalah kejadian yang mengawali suatu reaksi berantai dari kejadian- kejadian yang mencapai puncaknya dalam suatu krisis. Seorang istri yang masih muda yang bersiap-siap menghadapi kariernya selama tujuh tahun sekarang menemukan dirinya hamil. Seorang mahasiswa tahun terakhir yang menyerahkan dirinya untuk bermain sepak bola selama waktu kuliahnya agar dipilih sebagai pemain profesional, mengalami kecelakaan sehingga pergelangan kakinya hancur. Seorang duda yang memelihara lima orang anak pra remaja kehilangan pekerjaannya dalam suatu profesi yang sangat khusus. Semua orang yang disebut di atas mempunyai banyak persamaan. Adalah penting bagi orang-orang yang berada dalam krisis dan bagi para penolong untuk mengenal peristiwa- peristiwa yang menimbulkan krisis itu.
Unsur yang kedua adalah keadaan rentan. Tidak semua peristiwa ini membawa seseorang kepada suatu krisis. Kalau orang tidak rentan, pasti krisis itu tidak mungkin terjadi. Tidak tidur dua malam saja bisa membuat seorang menjadi rentan terhadap suatu situasi yang biasanya dapat ia tanggulangi tanpa kesulitan. Keadaan sakit dan tertekan menyebabkan mekanisme untuk mengatasi masalah makin menurun. Baru-baru ini saya berbicara dengan seorang wanita yang ingin melepaskan anak angkatnya, membatalkan suatu peristiwa pengumpulan dana yang penting dan meninggalkan usahanya. Ia sedih karena ada ancaman suatu kehilangan lain dalam hidupnya. Saya mengatakan kepadanya untuk tidak membuat keputusan selama ia mengalami depresi, karena keputusan-keputusan itu sering disesalkan kemudian.
Unsur ketiga adalah faktor yang menimbulkan krisis tersebut. Cara lain untuk mengatakan hal ini ialah bahwa ini adalah faktor terakhir yang ditambahkan pada faktor-faktor lain. Sebagian orang kelihatannya dapat menguasai diri pada saat dilanda kehilangan yang cukup berat atau kehancuran hati, tetapi kemudian mereka ambruk karena suatu persoalan kecil saja. Ini merupakan persoalan yang terakhir, tetapi reaksi dan air mata saat itu merupakan tanggapan terhadap kehilangan yang cukup berat sebelum itu.
Unsur yang terakhir adalah keadaan krisis yang aktif. Ketika seseorang tidak dapat lagi mengatasi situasi, maka krisis yang aktif dapat berkembang. Ada beberapa petunjuk tentang keadaan ini.

1. Ada gejala-gejala stres -- secara psikologis, fisiologis, atau kedua-duanya. Ini dapat termasuk depresi, sakit kepala, kegelisahan, luka lambung. Selalu ada suatu jenis kegelisahan yang ekstrem.

2. Ada sikap panik atau gagal. Orang itu mungkin merasa bahwa ia telah berusaha sekuat tenaga, namun tidak ada hasilnya. Karena itu ia merasa seperti seorang yang gagal -- kalah dan tidak berdaya. Tidak ada harapan. Ia mempunyai dua jalan untuk menanggapi hal tersebut saat ini: pertama, menjadi terdorong untuk berperilaku yang tidak produktif, misalnya: mengikuti arus zaman, mabuk-mabukan, memakai obat bius, kebut-kebutan, atau terlibat dalam suatu perkelahian. Jalan yang kedua adalah menjadi acuh tak acuh atau apatis. Satu contoh adalah tidur terus- menerus.

3. Fokusnya adalah pada pembebasan. "Keluarkan aku dari keadaan ini!" merupakan keinginan dan jeritannya. Ia ingin lepas dari penderitaan karena stres tersebut. Kondisinya tidak memungkinkan dia untuk bertindak secara rasional dalam menghadapi masalah itu. Kadang-kadang seseorang yang berada dalam keadaan krisis
kelihatan bingung atau bahkan memberikan reaksi dengan cara yang aneh-aneh. Dalam usaha-usaha mereka, mereka dalam keadaan agak kalut sehingga mengharapkan orang lain untuk menolong. Mereka mungkin akan terlalu bergantung kepada orang lain untuk menolongnya keluar dari permasalahan yang mereka hadapi.

4. Pada masa itu efisiensi menurun. Orang-orang dalam krisis yang aktif mungkin akan tetap berfungsi secara normal, tetapi daya bereaksi mereka yang seharusnya 100% mungkin menurun sampai sekitar 60%. Semakin besar ancaman dari penilaian orang itu akan situasi yang dihadapi, semakin kurang efektif kemampuannya untuk mengatasi. Mereka mungkin sadar akan hal ini yang selanjutnya mematahkan semangat mereka.

Aspek penilaian terhadap suatu situasi merupakan bagian penting dari rangkaian krisis. Penilaian itulah yang "didapat" orang dari suatu peristiwa. Setiap pribadi mempunyai cara sendiri dalam melihat suatu peristiwa. Kepercayaan-kepercayaan, ide-ide, harapan-harapan, dan daya memahami dari orang itu, semua bertemu pada saat ini untukmengevaluasi apakah suatu keadaan merupakan krisis atau bukan krisis. Dan adalah penting bahwa orang-orang dibantu untuk mencoba melihat peristiwa itu melalui mata mereka sendiri dan bukan melalui mata Anda. Meninggalnya seorang sahabat akrab dapat dinilai dari beberapa segi: bagaimana akrabnya hubungan itu sendiri? seberapa seringnya mereka berhubungan, bagaimana tanggapan orang itu terhadap kehilangan-kehilangan lain yang pernah ia alami dan berapa banyak kehilangan yang telah ia alami akhir-akhir ini? Kehilangan suami bagi seorang janda yang sungguh terlibat di dalam kehidupan suaminya itu berbeda dengan kehilangan sahabat akrab, teman usaha, atau paman yang dikunjungi oleh suaminya sekali dalam lima tahun. Kebanyakan orang yang mengalami krisis merasakan kehilangan atau ancaman kehilangan sesuatu yang penting bagi mereka.
Berbagai macam stressor dan krisis dapat dibagi menjadi tiga kategori: kehilangan berkaitan dengan faktor-faktor luar, internal distres terlepas dari penyebabnya, kondisi transisional yang menuntut respon-respon yang adaptif. Penyebab-penyebab dan akibat sulit untuk dipisahkan. Berikut ini adalah daftar dari kondisi ilustratif.
Kehilangan yang Hebat (Faktor Eksternal)
  • Kehilangan/kerugian
  • Kehilangan pekerjaan
  • Musibah
  • Operasi
  • Hukuman penjara
  • Ketidakmampuan (cacat)
  • Perang
  • Terorisme
  • Tindakan kriminal
  • Internal Distres
  • Kehilangan harapan
  • Putus asa
  • Depresi
  • Stres postraumatis
  • Reaksi obat-obatan
  • Dorongan bunuh diri
  • Kondisi-Kondisi Transisional
  • Ganti pekerjaan/pensiun
  • Relokasi
  • Anggota baru dalam keluarga
  • Konflik keluarga/perceraian
  • Tidak adanya anggota keluarga
  • Penyakit

Berbagai Transisi dalam Kehidupan
Perubahan dalam hidup dirasakan sebagai suatu kehilangan. Bahkan perubahan positif, seperti liburan, melibatkan berbagai macam kehilangan dari kebersamaan keluarga, orang-orang, dan kenyamanan. Perubahan-perubahan seperti itu terkadang distimulasi dan dicari untuk alasan ini. Meskipun demikian, suatu rasa kehilangan biasanya dialami sebagai suatu spektrum dari perasaan dari ketidakmudahan terhadap depresi dan ketidaktertolongan.
Kesadaran akan kehilangan mendorong orang kedalam proses kesedihan. Kesedihan membawa sebuah seri dari tahapan-tahapan yang dapat diprediksi secara umum, kehilangan nyata yang paling jelas tetapi dapat dilihat bahkan dalam transisi kehidupan biasa, seperti pindah atau pensiun.
Sebuah transisi adalah suatu jenis khusus dari perubahan, dikarakterisasikan terutama oleh sebuah ketidakberlanjutan atau keretakan dengan masa lalu.
Reaksi-reaksi tertentu pada masa transisi secara ringkas dapat dilihat sebagai berikut (reaksi-reaksi bukan merupakan suatu urutan yang kaku):
  1. tergoncang dan tidak terorganisasi;
  2. ekspresi dari penderitaan yang mendalam dan/atau kelegaan;
  3. mengalami penolakan dan meminimalisasikan kehilangan;
  4. kesedihan dan self-esteem yang rendah;
  5. mengambil pegangan terhadap suatu cara baru untuk hidup dan merelakan masa lalu;
  6. penerimaan final terhadap perubahan dan merencanakan masa depan;
  7. merefleksikan pada pembelajaran dari pengalaman transisi.
Krisis-Krisis Dalam Keluarga
Keluarga, secara alamiah, selalu mengalami perubahan. Beberapa dari perubahan itu mendadak atau begitu signifikan. Dari suatu perspektif terapi keluarga, terdapat dua perubahan dalam keluarga, yaitu first order dan second order change. First order change adalah sesuatu yang baru yang terjadi dalam keluarga dan dapat menyebabkan sebuah penyusunan kembali yang ringan tentang cara pengoperasian keluarga. Second order change menyebabkan gangguan besar dan sebuah kebutuhan untuk mengevaluasi kembali sistem atuan dari keluarga.
Derajat dari menolong satu keluarga perlu dihubungkan dengan perubahan-perubahan ini yang beragam dari keluarga ke keluarga. Adalah penting untuk diketahui bahwa keluarga, seperti halnya individu, mendefiniskan tiap krisis dalam cara mereka sendiri dan memiliki pengaturan coping skills yang berbeda. Helper harus melihat pada persepsi keluarga terhadap permasalahan, tidak hanya bagaimana helper akan merasakan dalam situasi yang sama.

Stres
Sebuah reaksi stres adalah suatu kondisi yang dicirikan dengan tegangan fisiologis dan konflik pada pilihan yang terus menerus. Helpee merasa di bawah tekanan untuk mengurangi tegangan dan mencapai kenyamanan atau ekuilibrium. Sering resolusi mengambil sebuah bentuk maladaptif, seperti penyakit, tanpa kesadaran dari helpee. Suatu pengalaman stres lebih meresap dan kondisi yang kurang kuat daripada krisis, tetapi itu mungkin berlanjut pada waktu yang tidak berbatas, dengan atau tanpa memancing stimulus (Janosik, 1993).

Ketegangan dari perubahan bersifat kumulatif dan walaupun peristiwa-peristiwa individu muncul untuk memiliki akibat yang kecil, penumpukan sepanjang tahun dapat berkontribusi terhadap krisis-krisis utama, seperti penyakit. Beberapa dari stres yang hebat dikarenakan penumpukan dari apa yang semula Lazarus sebut percekcokan sehari-hari (daily hassles). Percekcokan ini termasuk di dalamnya aktivitas rumah tangga sehari-hari, kesehatan, tekanan waktu, pemusatan pada emosi yang lebih dalam, kekhawatiran lingkungan, keuangan, stres yang berhubungan dengan pekerjaan, dan ketidakpastian masa depan.

Orang harus ditolong pada sebuah kesadaran dari sifat dan kekuatan stresor dalam hidup mereka sebaik pendirian reaksi stres minor terhadap proporsi krisis. Helpee harus sadar bahwa kondisi transisional dari periode yang cenderung stabil adalah kondisi-kondisi normal yang membutuhkan kemampuan self-help khusus dan terkadang helper mendukung untuk mengatasi dengan konsekuensi-konsekuensi dari perubahan. Orang-orang harus belajar kemampuan manajemen stres untuk menyuntik diri mereka melawan akibat-akibat dari stresor. Sejumlah studi telah mengkonfirmasi hubungan yang dekat antara stress dan penyakit kesehatan (Sweet, Savoie, & Lemyre, 1999).

Krisis
Krisis adalah suatu kondisi disorganisasi di mana helpee menghadapi frustasi dari tujuan-tujuan hidup yang penting atau kekacauan yang amat besar dari siklus hidup mereka dan metode-metode mengatasi berbagai stresor. Istilah krisis biasanya mengarah pada perasaan helpee mengenai ketakutan, kegoncangan, dan distres terhadap kekacauan, bukan kekacauan itu sendiri. Krisis dibatasi dalam waktu, biasanya berakhir tidak lebih dari beberapa minggu (Janosik, 1994; Slaiken, 1990). Krisis, oleh karena itu, didefinisikan terutama oleh helpee sejak respon-respon emosi disebutkan sebelumnya beragam dalam intesitas selama kesulitan dalam transisi hidup. Krisis biasanya dipancing oleh suatu kejadian dramatis, penyerangan/pemerkosaan, operasi, atau kecelakaan, tetapi krisis juga mungkin berkembang dari tumpukan transisi kehidupan biasa seperti pindah, pensiun, ganti pekerjaan, penyakit, taua perjalanan. Krisis berbatas pada bahwa kondisi kontinum telah dicapai ketika sumber-sumber coping gagal, dan berbatas pada disekuilibrium ekstrim atau ketika suatu keadaan disfungsi dicapai. Ini juga bahwa titik balik kritis di mana orang mungkin mengerahkan sumber-sumber coping mereka dan memindahkan pada ketinggian baru dari pertumbuhan atau mungkin memburuk ke dalam suatu disorganisasi pada akhirnya dalam penyakit yang hebat atau kematian.
Terdapat krisis-krisis perkembangan yang normal, seperti kelahiran atau seorang anak kecil pergi ke sekolah. Krisis-krisis situasional berhubungan dengan kehilangan besar dari status, kepemilikan, atau seseorang yang dicintai. Krisis eksistensial mengarah pada konflik-konflik dan perasaan cemas yang dialami ketika menghadapi isu-isu manusia yang signifikan mengenai identitas, tujuan, tanggung jawab, kebebasan, dan komitmen. Walaupun tipe krisis eksistensial seperti ini adalah bagian normal dari keberadaan manusia, ini dapat menjadi suatu situasi yang benar-benar krisis ketika seseorang menjadi sadar kesenjangan antara bentuk-bentuk lama dari keberadaan yang menciut dan kemungkinan-kemungkinan baru untuk bertindak. Tekanan-tekanan seperti ini untuk memilih dan bertindak mengasumsikan proporsi krisis.

Empat fase dari periode krisis digambarkan pertama kali oleh Caplan (1964). Sebuah adaptasi dan pembaharuan dari fase-fasenya mengikuti: (1) Awal ketegangan telah dialami yang membangkitkan respon-respon kebiasaan yang adaptif. (2) Tegangan meningkat di bawah stimulasi yang terus- menerus dan kurangnya keberhasilan yang dialami dalam mengatasi masalah dan pengurangan ketegangan. (3) Ketegangan meningkat sampai sumber-sumber darurat, internal dan eksternal, dikerahkan. (4) Suatu fase akut menyertai jika krisis tidak diredakan pada tahap ketiga atau dicegah dengan penolakan atau dihentikan. Puncak ketegangan pada titik di mana disfungsi mayor dalam perilaku berkembang dan/atau kontrol emosi ini telah hilang.

Helpee dapat sangat dipengaruhi ketika krisis. Nilai-nilai dari krisis dapat direalisasikan jika seseorang siap untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi dari self-realization sebaik ekuilibrium ketenangan. Tersedianya proses menolong menjadi penting sekali pada tahap awal ini karena helpee begitu lunak dan siap berubah. Dalam sebuah tambahan terhadap adanya hubungan yang menolong (helping relationship), latar belakang psikologi dan pembentukan pada seseorang menentukan luasnya reaksi yang ditimbulkan untuk memperpanjang stres dan krisis yang intensif.

Mengatasi krisis dapat membawa berbagai emosi, seperti kemarahan, ketakutan, atau kesedihan dan strategi-strategi coping yang berbeda. Helpers harus menyadari perbedaan kebudayaan berpengaruh terhadap bagaimana individu sampai pada krisis (VanderVoort, 2001).
Melalui penelitian yang cermat dari cerita-cerita kasus pendek mengenai keluarga dalam krisis, Bloom (1963) menyelidiki para profesional dalam proses menolong memandang krisis. Dia menemukan bahwa helpers mendefinisikan sebuah krisis secara luas dalam istilah pengendapan peristiwa dan waktu resolusi, tetapi tidak menganggap kekuatan coping dari orang tersebut. Sebuah krisis sering membangun kemampuan coping dari seseorang. Jadi, seberapa efektif seseorang mengatur sebuah krisis tergantung pada sebagian besar adekuasi dari coping skill yang telah ada sebelumnya.
Dukungan
Dukungan adalah suatu kondisi di mana helpee merasa aman dan nyaman secara psikologis. Termasuk di dalamnya kesadaran dari keberadaan yang baik dan kepuasan dari affect hunger. Dukungan menawarkan suatu proses penyembuhan—sebuah integrasi dari seluruh bagian orang. Hal itu akan menolong untuk melawan pengalaman-pengalaman yang menyakitkan.

Dukungan datang dari tiga sumber: (1) hubungan itu sendiri, di mana helpee mengalami penerimaan dari helper dan kehangatan; (2) mengarahkan bantuan konseling ke dalam bentuk penentraman atau lingkungan yang mendukung; (3) menentukan dan mengokohkan manajemen krisis.

Apakah dukungan harus secara aktif diberikan adalah pembicaraan kontroversial di antara para helper. Beberapa dari mereka mengklaim bahwa menyediakan dukungan adalah sebuah fungsi menolong yang dibutuhkan, khususnya pada orang dalam kondisi krisis. Yang lainnya menyatakan pemberian dukungan secara sengaja mengurangi sebuah kesempatan untuk tumbuh dan menyebabkan ketergantungan.

Satu nilai dari menyediakan dukungan langsung adalah untuk reduksi dari kecemasan yang menguras tenaga, dan sebagai akibatnya, kenyamanan psikologis dan penyembuhan. Kondisi-kondisi dari dukungan mengizinkan para helpee untuk mengekspresikan dan menghadapi ketergantungan mereka dan kebutuhan akan keamanan dalam sebuah lingkungan netral dengan tuntutan yang rendah.

Helper harus menahan dorongan untuk menggunakan ekspresi seperti “saya tahu sebenarnya apa yang kamu rasakan”. Seorang helper mungkin telah memiliki situasi yang mirip terhadap krisis yang terjadi pada helpee, dan hal itu sering membuat helpee nyaman ketika mengetahui fakta itu. Dukungan yang tepat juga menjamin helpee bahwa mereka dapat menolong diri mereka, bahwa mereka mampu, bahwa mereka layak, atau mereka bisa merencanakan. Walaupun berbicara mengenai kesedihan seseorang dan kecemasan setelah peristiwa yang penuh tekanan tidak mengurangi kebutuhan untuk sebuah proses penyembuhan secara luas, dukungan emosional berpengaruh terhadap pengurangan dari kemungkinan penderitaan reaksi stress dalam jangka waktu yang lama atau kesedihan secara luas.

Sebuah batasan utama dari usaha mendukung yang kuat adalah kreasi dari ketergantungan pada helper sebagai satu sumber dukungan. Usaha-usaha suportif yang datang melintas sebagai simpati mungkin dinterpretasikan oleh helpee sebagai suatu ketidakjujuran dan tipu muslihat. Penggunaan berlebihan dari penentraman hati, contohnya, membuat helper terdengar dangkal bagi helpee.

Harapan dan Keputusasaan
Konsep kembar ini patut menjadi diskusi luas dalam konteks dukungan dan manajemen krisis karena mereka begitu sentral terhadap pengurangan penderitaan pada helpee, manajemen dari stresor, dan pencegahan dari krisis di masa depan. Korner (1970) dalam suatu studi yang dipeloporinya menjelaskan harapan sebagai suatu metode dari coping, sebuah makna dari pencegahan krisis, dan sebagai suatu rute menuju kesehatan perilaku.
Harapan telah didefinisikan dalam dua cara: (1) secara historis secagai dugaan-dugaan dalam keabsenan dari fakta-fakta dan (2) sekarang sebagai pemilihan dan penggerakan ke arah tujuan yang dapat didefinisikan. Berharap adalah suatu proses menspesifikkan tujuan bersama jalur-jalur spesifik dari perencanaan (Snyder, Chavens, & Scott, 1999).
Beberapa nilai suportif dari berharap adalah kenyamanan yang sebentar dan keringanan dari penderitaan. Harapan menggerakkan cadangan energi untuk menemui sumber-sumber stres pada masa ini dan masa depan.
Sebuah batasan di mana helper harus berkomunikasi adalah kecenderungan pada harapan untuk menjadi sebuah pelarian diri dari realitas yang tidak menyenangkan atau berbagai tanggung jawab. Ini juga mudah bagi harapan untuk ditransformasikan ke dalam impian-impian yang lebih dangkal dan tidak realistis. Konsekuensi dari menyerahnya impian tidak sebesar kehilangan harapan. Jika hal itu terjadi, helpee akan kecewa, tetapi jika harapan berkurang, orang akan menjadi rentan untuk ragu atau kondisi terburuknya putus asa, tidak aman, tidak tertolong, dan diam saja.
Kesedihan Intensif
Kesedihan adalah sebuah reaksi emosi yang normal terdapa kehilangan yang hebat, biasanya pada orang-orang yang signifikan. Sebuah reaksi kesedihan yang akut mungkin bisa datang dengan amat sangat setelah kehilangan atau periatiwa traumatis atau itu mungkin tidak ada sama sekali dalam sikap yang diharapkan. Kesedihan bekerja ketika terjadi suatu kehilangan mungkin adalah hal normal, rangkaian yang dapat diprediksi, sebagai bagian lebih awal di bawah transisi, atau mungkin diekspresikan dalam perilaku yang menyimpang dan disfungsional.
Lindemann (1944) menggambarkan bagian normal dan yang tidak dari kesedihan dalam suatu bentuk yang sekarang berguna bagi para helpers pada umumnya. Kesedihan yang normal dicirikan oleh (1) reaksi fisik; (2) perasaan kosong, ketegangan, kelelahan yang amat sangat, kehilangan kehangatan, kesadaran akan jarak dari orang-orang; (3) sekali-sekali asyik dengan bayangan tentang kematian; (4) kadang-kadang merasa bersalah terhadap seluruh kegagalan untuk sesuatu atau tuduhan yang berlebihan pada diri sendiri pada peristiwa-peristiwa kecil; (5) berubah dalam pola aktivitas, tidak dapat beristirahat, tidak bertujuan, mencari aktivitas, masih belum kekurangan energi dan motivasi yang mengikutinya. Ia juga mengungkapkan mengenai reaksi antisipasi kesedihan (anticipatory grief reaction) yang merumitkan hubungan-hubungan ketika ketidakhadiran yang berkepanjangan, seperti pada masa perang, misalnya. Setelah perpisahan, reaksi kesedihan kadang-kadang terjadi dan bekerja terus terhadap ketidakhadiran orang yang telah meninggal. Ketika yang tidak hadir kembali, seperti pada kasus militer, kedua pihak sering terkejut pada saat emosi dilepaskan dari reuni mereka.
Bagian normal dari kerja kesedihan terdiri atas (1) menerima proses kerja kesedihan; (2) mengekspresikan perasaan kesedihan; (3) menyesuaikan dengan memori tentang kematian; (4) menyesuaikan kembali terhadap lingkungan baru tanpa orang yang telah meninggal; (5) membangun hubungan baru. Sebuah elemen penting dalam proses menolong adalah membuat yang kehilangan menerima dan bekerja melalui proses kesedihan.
Waktu adalah faktor penting dalam kesuksesan intervensi. Semakin awal pertolongan diberikan setelah peristiwa krisis, maka begitu juga semakin positif juga hasil yang diperoleh. Ide dasar di balik pertolongan awal tidak hanya mengurangi bahaya terhadap dirinya sendiri tetapi juga mengambil manfaat dari motivasi seseorang untuk merubah atau berpegangan pada solusi konstruktif.
Langkah-Langkah Intervensi Krisis
Bantuan psikologi pertama membutuhkan empat langkah inervensi krisis. Pertama, helper harus menentukan kondisi yang terjadi pada seseorang dan sifat serta kehebatan dari krisis itu sendiri. Untuk memperoleh perspektif pada krisis yang tengah terjadi, helper mungkin butuh untuk mempelajari ke dalam kondisi secara cepat terlebih dahulu pada krisis.
Kedua, helper kemudian harus memutuskan tipe pertolongan yang paling dibutuhkan pada saat itu berdasarkan pada penilaian dari kemampuan coping dan sumber-sumber dari orang yang bersangkutan. Langkah ketiga adalah bertindak dalam cara yang menolong secara langsung. Salah satunya adalah helper membantu seseorang untuk mengungkapkan perasaan-perasaan yang dirasakan seperti ketakutan, rasa bersalah, atau kemarahan.
Ketika langkah-langkah tersebut bekerja, orang yang menghadapi krisis mulai memecahkan kondisi krisis dan meraih equlibrium baru. Di sini helper menguatkan kemampuan kemampuan adaptif dari orang tersebut yang telah dikerahkan untuk mengurangi ketegangan dan memformulasikan sebuah rencana untuk meraih tujuan baru.
Multiple Impact Support Strategy
Strategi ini melibatkan baik dukungan usaha intensif dan ekstensif yang biasanya dikombinasikan dengan sebuah program perubahan perilaku aktif. Strategi ini dapat diterapkan kepada keluarga yang menghadapi krisis, orang dewasa tanpa melibatkan keluarga, atau korban dari musibah. Salah satu contoh dari multiple impact strategy dalam tindakan adalah dukungan diberikan kepada korban segera setelah peristiwa traumatis. Korban diberikan kesempatan untuk menggambarkan peristiwa dan sisa-sisa perasaan yang dialami yang berhubungan dengan kejadian tersebut. Di sini helpee membutuhkan sebuah pemahaman dari helper.
Satu kunci dari fungsi menolong dengan cara ini adalah membantu orang untuk mengembangkan kekuatan psikologis dan kemampuan coping yang kuat, supaya dapat menghadapi masa depan yang tidak pasti dan untuk mengurangi perasaan akan kerapuhan.
Membangun dan Meningkatkan Harapan
Kemampuan menolong untuk membangun harapan termasuk validasi dari kekuatan personal helpee. Helpee juga mungkin butuh dorongan untuk meningkatkan kepercayaan dirinya dan menjaga keyakinan dalam kepastian harapan. Ketika harapan lebih berdasarkan pada kekuatan dalam, khususnya kemampuan kognitif, sebuah keyakinan dari dorongan luar individu itu sendiri juga membantu. Helper dapat mendorong orang mengekspresikan hilangnya harapan dan keputusasaan untuk menarik sumber-sumber ini sebagai langkah pertama dalam membangun kepercayaan.
Langkah kedua adalah menilai kekuatan motivasi dari seseorang untuk bekerja ke arah tujuan baru. Langkah ketiga adalah mendorong helpee untuk menyusun tujuan baru. Tujuan ini harus spesifk dan dapat dicapai. Pada akhirnya, sebuah pendekatan efektif untuk mengembangkan harapan melibatkan sebuah motivasi yang utuh untuk bertindak. Pendekatan motivasional untuk membangun harapan harus termasuk kemampuan tambahan dalam mengidentifikasi dan menghilangkan pemikiran negatif dan memindahkan penghalang.
Setelah helper memiliki kepekaan yang lebih baik terhadap kekuatan-kekuatan helpee dan bagaimana ia berespon terhadap krisis, helper dapat melanjutkan pada strategi umum, seperti (1) ekspresi dari perasaan; (2) integrasi kognitif; (3) pengerahan sumber-sumber; (4) tindakan. Tujuan dari strategi ini adalah untuk helpee memulai pemfungsian secara minimal, jadi kecenderungan kekacauan mereka dapat ditahan dan kekuatan-kekuatan mereka dikerahkan.
Ketika helpee beralih dari perasaan putus asa dan perilaku pasif, mereka dapat menjelaskan keadaan kehilangan keyakinan atau terputusnya hubungan-hubungan dalam rantai rasionalisasi mereka. Strategi penolongan utama pada tahap ini adalah melanjutkan dukungan pemahaman. Para helpee membutuhkan banyak dukungan berupa pemahaman pada tahap ini. Mereka membutuhkan dorongan akan usaha untuk membangun kembali ekuilibrium dan kekuatan adaptif sebagaimana ia harus bertindak sebertanggung jawab mungkin dalam situasi krisis.
Strategi Pembaruan dan Pertumbuhan
Strategi pembaruan dan pertumbuhan ditujukan terutama pada saat mengidentifikasi kekuatan pada orang, menolong mereka untuk sadar akan kekuatan ini, dan kemudian menolong mereka untuk mengembangkan sebuah rencana untuk membebaskan potensi-potensi pertumbuhan ini. Strategi ini membutuhkan keterampilan dalam analisis kekuatan dan kompetensi untuk memfasilitasi kesadaran.
Banyak kerja dari pembaruan ini diselesaikan dalam ratusan tempat tinggal yang merupakan pusat pemulihan dan institusi-institusi hanya di Amerika sendiri. Pusat-pusat ini tidak berhubungan dengan struktur pendidikan formal dan mereka beroperasi dalam sebuah cara yang hampir tidak terstruktur tanpa kursus, tingkat pendidikan, atau penghargaan tertentu. Banyak penggunaan dibuat oleh kelompok pertemuan, kesadaran sensoris, integrasi gestalt, latihan komunikasi, meditasi, dan seni kreatif. Sebuah penyusunan “pengasingan” (retreat) memfasilitasi konsentrasi pada pengembangan kemampuan baru dan mengalami pemisahan dari realitas dan tekanan hidup sehari-hari. Sebuah pendekatan laboratorium mebuat orang mencoba pengalaman baru dalam suasana yang dilindungi dari pusat pertumbuhan komunitas tanpa akibat inheren dalam kondisi kehidupan nyata. Umpan balik di bawah kondisi-kondisi dari kepercayaan dan keamanan adalah sebuah kontribusi yang tidak ternilai terhadap pertumbuhan seseorang. Partisipan tujuan pertumbuhan mereka sendiri san menggunakan sumber-sumber dari pusat tersebut untuk mencapainya. Kelompok pembaruan, misalnya, menawarkan kesempatan untuk merefleksikan pada nilai-nilai dan tujuan sebaik mencari gaya hidup alternatif dan menemukan potensi yang tersembunyi.
Untuk helpee yang mengalami suatu krisis dan berada pada tahap pembangunan kembali, penyerahan dari pada suatu kelompok pembaruan menguatkan harapan dan kekuatan dan memfasilitasi komitmen untuk bertindak. Helpee mengalami kehangatan dan dukungan yang datang dari mempercayai orang lain pada perjalanan pertumbuhan personal. Satu hal penting yang perlu diperhatikan adalah bahwa pergerakan ini telah menarik banyak opotunis yang memiliki kualifikasi yang miskin seperti pengalaman pendidikan. Untuk mencegah pelanggaran dan hasil yang merusak, ada beberapa cara untuk mengendalikannya. Dari helper itu sendiri, ia perlu terbiasa, lebih disukai dalam pengalaman pertolongan pertama, dengan kemungkinan-kemungkinan dan batasan dari gaya yang beragam pada kesempatan pembaruan.
Pusat Krisis (The Crisis Center)
Untuk helpee yang berhadapan dengan respon stres yang berkelanjutan yang diekspresikan dengan usaha bunuh diri, penyalahgunaan obat, atau pemerkosaan, pendekatan multipel dari tim helper seringkali dibutuhkan. Banyak komunitas besar sekarang memiliki semacam pusat-pusat yang didukung sokongan dana komunitas, yayasan swasta, atau dana masyarakat. Kebanyakan adalah usaha eksperimental untuk menemui komunitas krisis. Mereka biasanya mengkombinasikan sumber-sumber medis, psikologis, dan pekerjaan sosial dengan sekelompok helper dan sukarelawan.
The Halfway House
Sumber the halfway house memanfaatkan strategi untuk memfasilitasi transisi dari crisis center atau fasilitas perawatan ke dunia nyata. Seperti bangunan-bangunan yang biasanya dibuat dengan sedikit suasana rumah ditempatkan dengan penduduk yang menolong. Tujuannya adlaah untuk menyediakan atmosfer tempat tinggal yang semi-perlindungan di mana mekanisme coping dan kekuatan kepribadian dapat berkembang sebelum helpee menghadapi berbagai tuntutan dari dunia nyata.
Pusat Perawatan
Pusat-pusat perawatan beragam dari kontrol lingkungan total dari rumah sakit konvensional, day-care center, dan komunitas klinik kesehatan mental sampai pusat tempat tinggal yang bersuasana seperti rumah.
Therapeutic Counseling Strategy
Banyak dari proses menolong pada orang-orang di bawah kondisi stres atau dalam krisis mengambil tempat pada bentuk wawancara satu lawan satu, atau umumnya dinamakan konseling. Strategi umum dalam konseling adalah untuk membuka wawancara secara sisematis dengan klarifikasi dari alasan-alasan kedatangan helpee, membangun tujuan bersama dan tanggung jawab, lalu melaksanakan sebuah rencana dari tindakan untuk mencapai tujuan helpee dan berakhir pada hubungan. Proses-proses konseling beragam berdasarkan asumsi-asumsi dari konselor mengenai bagaimana perilaku itu berubah dan bagaimana masalah personal dipecahkan.
Consoling Strategy
Bagian dari strategi ini adalah untuk membantu helpee “menerima apa yang tidak dapat diterima”, misalnya kecacatan. Elemen prinsip dalam aspek strategi ini memastikan bahwa caregiver memiliki informasi yang akurat mengenai sifadari kecacatan atau keadaan seseorang. Elemen kedua adalah membangun sebuah sistem dukungan dengan caregiver lain yang memiliki permasalahan serupa. Elemen ketiga adalah menolong caregiver menjadi sadar akan pelayanan komunitas dan memberi nama bagi mereka yang mungkin memenuhi persyaratan.
Consoling strategy adalah pendekatan ministerial tradisional untuk kenyamanan dan manajemen krisis dan terlibat lebih banyak daripada konseling therapeutic. Bagi orang-orang yang dekat dengan ritual keagamaan, tulis menulis, dan memercayai kehidupan setelah kematian, ini dapat menjadi sebuah strategi yang berkekuatan penuh, khususnya dalam masa kehilangan. Pada akhirnya, helper dapat menyediakan sebuah hubungan berjalan yang sangat dibutuhkan untuk mendiskusikan perasaan-perasaan yang kuat yang berhubungan dengan penyediaan pelayanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salamat menjelajahi blog saya jgn lupa komentarx oke...trimakasih atas kerjasamax.