BLOG INI ADALAH BLOG UNTUK ANDA SEMUA YANG MEMBUTUHKAN INFORMASI MENGENAI KONSELING, PSIKOLOGI, SENI DAN AGAMA.

MARI BERBAGI ILMU, PENGALAMAN DAN EKSPRESI! TEBARKAN SEMANGAT BERBAGI

Selasa, 18 Mei 2010

STUDI KASUS

PENDAHULUAN

Dalam perkembangan dan kehidupan setiap manusia sangat mungkin timbul berbagai permasalahan. Baik yang dialami secara individual, kelompok, dalam keluarga, lembaga tertentu atau bahkan bagian masyarakat secara lebih luas. Untuk itu ditentukan adanya bimbingan sebagai suatu usaha pemberian bantuan yang diberikan baik kepada individu maupun kelompok dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi. Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan alam memberikan bimbingan adalah memahami individu (dalam hal ini peserta didik)secara keseluruhan, baik masalah yang dihadapinya maupun latar belakangnya. Sehingga peserta didik diharapakan dapat memperoleh bimbingan yang tepat dan terarah.

Untuk dapat memahami peserta didik secara lebih mendalam, maka seorang pembimbing maupun konselor perlu mengumpulkan berbagai keterangan atau data tentang peserta didik yang meliputi berbagai aspek, seperti: aspek sosial kultural, perkembangan individu, perbedaan individu, adaptasi, masalah belajar dan sebagainya. Dalam rangka mencari informasi tentang sebab-sebab timbulnya masalah serta untuk menentukan langkah-langkah penanganan masalah tersebut maka diperlukan adanya suatu tehnik atau metode pengumpulan data atau fakta-fakta yang terkait dengan permasalahan yang ada. Salah satu tehnik atau metode pengumpulan data atau fakta adalah studi kasus.

Pada praktiknya studi kasus diselenggarakan melalui cara-cara yang bervariasi, seperti analisis laporan sesaat (anecdotal report), otobiografi klien, deskripsi tentang tingkah laku, perkembangan klien dari waktu ke waktu (case history), himpunan data (cumulative records), konperensi kasus (case conference) seperti yang diungkapkan Jones, 1951; Mc Daniels, 1957; Tolbert, 1959; Bernard&Fulmer, 1969; Patterson, 1978; Fisher, 1978 (dalam Prayitno, 1999; 38)

PEMBAHASAN

1. Tinjauan Awal Tentang Kasus

Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata kasus dapat berarti soal atau perkara dapat juga berarti keadaan atau kondisi khusus yang berhubungan dengan seseorang atau suatu hal. Jika istilah kasus itu dihubungkan dengan seseorang, maka ini dapat berarti bahwa pada orang yang dimaksudkan terdapat “soal”atau”perkara”tertentu. Namun dalam hal ini yang perlu digarisbawahi pemakaian istilah kasus dalam dalam bimbingan dan konseling tidaklah mengarah pada pengertian-pengertian tentang soal-soal ataupun perkara-perkara yang berkaitan dengan tindak kriminal, perdata ataupun urusan polisi dan urusan-urusan lain yang bersangkut paut dengan pihak-pihak yang berwajib, melainkan lebih difokuskan pada kasus dalam pembelajaran pada suatu instansi lembaga pendidikan maupun sekolah.

Istilah “Kasus”dalam bimbingan dan konseling digunakan sekedar untuk menunjukkan bahwa ada permasalahan tertentu pada diri seseorang yang perlu mendapatkan perhatian dan pemecahan demi kebaikan orang tersebut. Misalnya kasus seorang mahasiswi bernama Dewi. Kasus Dewi menyangkut prestasi akademiknya yang merosot, sering datang terlambat dikelas, kurang bersosialisasi dengan teman-temannya, dan sebagainya. Jika tidak segera ditangani permasalahannya, dikhawatirkan akan berdampak negatif pada Dewi sendiri. Kasus Dewi ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan tindakan kriminal, polisi maupun hukum.

Namun kasus ini harus segera ditangani dengan melibatkan Dewi sendiri dan orang lain yang dapat memberikan kontribusi dalam pemecahan masalahnya keterlibatan orang lain dalam hal ini bukanlah sebagai saksi seperti dalam kasus kriminal dan hal inipun harus sepengetahuan dan seizing dari Dewi. Langkah ini ditempuh agar Dewi tidak merasa bahwa dia tengah dihakimi, dicela ataupun privasinya dibuka didepan orang banyak dsb. Sebaliknya pembicaraan mengenai permasalahan yang dihadapinya dimaksudkan untuk memahami permasalahannya dzn untuk mendapatkan jalan keluar tepat dan berhasil, sehingga ia dapat kembali pada keadaan yang menyenangkan dan membahagiakannya.

2. Pemahaman Terhadap Kasus

Untuk mengetahui seluk beluk sebuah kasus lebih jauh maka konselor tidak mengerti permasalahan atas dasar deskripsi yang telah dikemukakan pada awal pengenalan kasus semata-mata. Namun diperlukan pemahaman yang lebih mendalam. Karena bisa jadi permasalahan yang terkandung dalam sebuah kasus seperti fenomena gunung es yang terapung dilautan, dimana yang tampak di permukaan air hanya sedikit saja, padahal bagian yang berada di permukaan laut besarnya sukar diukur.

Dalam rangka mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai sebuah kasus perlu dilakukan penjelajahan yang luas dan intensif misalnya melalui wawancara dengan siswa tersebut (wawancara konseling), memeriksa kumpulan data (commulatif record) yang ada disekolah, ataupun kunjungan rumah. Dari penjelajahan yang luas dan intensif akan terungkap berbagai hal yang akan memberikan gambaran dan pemahaman yang lebih luas dan komprehensif tentang kasus itu. Baik permasalahan yang menyangkut individualitas, sosialitas, moralitas, maupun Religiusitasnya.

Kemudian terdapat hal lain yang dapat menjadi bekal bagi pengembangan pemahaman terhadap suatu kasus ialah bagaimana memprediksi berbagai kemungkinan yang bersangkut paut dengan kasus itu dilihat dari rincian permasalahannya, penyebabnya dan kemungkinan akibat-akibat yang akan muncul. Seorang konselor perlu mengembangkan konsep atau ide-ide mengenai rincian masalah, kemungkinan sebab dan juga kemungkinan akibatnya. Karena hal itu merupakan bekal dan ancangan bagi konselor untuk memperoleh pemahaman yang mantap mengenai kasus yang sedang ditangani. Sekali lagi ditekankan bahwa ide-ide itu sebaiknya tidak boleh menjadi alasan yang menutup kemungkinan terungkapnya fakta-fakta baru dalam proses penjelajahan masalah secara lebih intensif, konselor tidak boleh terikat dan secara kaku berpegang pada ide-idenya, karena bisa jadi ide-ide yang dikembangkan itu tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan kenyataan yang diperoleh melalui pendalaman masalah (Prayitno: 1999)

3. Penanganan Terhadap Kasus

Penanganan kasus adalah keseluruhan perhatian dan tindakan seseorang terhadap kasus (yang dialami oleh seseorang) yang dihadapkan kepadanya sejak awal sampai dengan akhirnya perhatian atau tindakan tersebut (ibid: 77)

Dalam menangani sebuah kasus, seorang konselor melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:

1.) Pengenalan awal tentang kasus (dimulai sejak awal kasus itu dihadapkan);

2.) Pengembangan ide-ide tentang rincian masalah yang terkandung didalam kasus itu;

3.) Penjelajahan lebih lanjut tentang segala seluk beluk kasus tersebut;

4.) Mengusahakan upaya-upaya kasus untuk mengatasi atau memecahkan sumber pokok permasalahan.

Penanganan sebuah kasus dapat dipandang sebagai upaya-upaya khusus untuk secara langsung menangani sumber pokok permasalahan dengan tujuan utama teratasinya permasalahan yang dimaksudkan. Penanganan kasus dalam pengertian yang khusus, menghendaki strategi dan tehnik-tehnik yang sifatnya khas sesuai dengan pokok permasalahan yang akan ditangani. Disinilah keahlian konselor diperlukan untuk menjelajahi masalah, penetapan masalah pokok yang menjadi sumber permasalahan secara umum, pemilihan strategi dan tehnik penanganan masalah pokok itu, serta penerapan strategi dan tehnik yang dipilihnya itu.

Berikut ini salah satu contoh kasus beserta urutan penanganannya: “Dimas, seorang siswa SMA kelas III IPS; menunjukkan gejala jarang masuk sekolah, sering melangggar tata tertib sekolah dan prestasi belajarnya rendah. Dia sering membolos terutama jika akan menghadpai mata pelajaran Matematika. Pada akhir tahun lalu, dia termasuk salah satu siswa yang dipermasalahkan kenaikan kelasnya. Dirumah dia tidak mempunyai tempat belajar sendiri dan dia belajar ditempat tidurnya. Ia banyak membantu kegiatan keluarga sehinga sering terlambat masuk sekolah. Sedangkan data lain menunjukkan bahwa siswa tersebut adalah anak keenam dari sebelas bersaudara. Tiga saudaranya sudah berada di perguruan tinggi, dan salah seorang adiknya juga dikelas III IPA disekolah yang sama. Dia sebenarnya kurang berminat terhadap bidang studi IPA. Dalam menyelesaikan salah satu tugas rumahnya pernah terjadi bentrok dengan salah seorang gurunya”.

Dari contoh kasus diatas, kita dapat membayangkan berbagai permasalahan yang dialami oleh Dimas, dan kita dapat mengenalinya melalui:

1.) Deskripsi Awal Kasus

Deskripsi awal kasus menunjukkan bahwa dari dimensi individualitas, Dimas memiliki prestasi belajar rendah dan kurang berminat pada IPA; dimensi sosialitas menunjukkan dia pernah bentrok dengan guru; dimensi moralitas menunjukkan dia suka melanggar tata tertib, membolos dan sering terlambat masuk sekolah.

2.) Ide-ide tentang rincian permasalahan; kemungkinan sebab dan akibat dari permasalahan, misalnya prestasi belajar rendah

a. Gambaran yang lebih rinci:

- nilai raport banyak merahnya

- nilai tugas, ulangan dan ujian rendah

- peringkat dibawah rata-rata, dsb

b. Kemungkinan sebab:

- intelegensi dibawah rata-rata

- malas belajar

- kurang minat dan perhatian, dll

c. Kemungkinan akibat:

- minat belajar semakin berkurang

- tidak naik kelas

- dikeluarkan dari sekolah, dsb

3.) upaya dan hasil penjelajahan lebih lanjut terhadap setiap permasalahan yang terkandung dalam kasus yang dimaksud.

Penjelajahan masalah atau studi kasus yang lebih menyeluruh dan lengkap dapat ditempuh melalui berbagai cara seperti wawancara, analisis terhadap laporan sesaat (anecdotal report), perkembangan anak atau klien dari waktu ke waktu (case history), himpunan data (cumulative record), cerita tentang anak atau klien (otobiografi), konferensi kasus (case conference)

4.) upaya penanganan secara khusus terhadap permasalahan pokok yang menjadi sumber permasalahan pada umumnya

Penanganan sebuah kasus bukanlah hal yang mudah. Partisipasi aktif dari orang yang mengalami masalah serta orang-orang yang amat besar pengaruhnya kepada orang yang mengalami masalah seperti orang tua, guru dan orang lain yang amat dekat hubungannya mutlak diperlukan. Tanpa partisipasi aktif dari orang yang bermasalah serta orang-orang dekat disekitarnya, keberhasilan upaya bimbingan dan konseling amat diragukan atau bahkan gagal sama sekali, sehingga masalah tidak terpecahkan.

Selain itu, pihak lain yang perlu dilibatkan adalah berbagai unsur yang terdapat dilingkungan orang yang mengalami masalah baik lingkungan sosial, fisik, maupun lingkungan budaya. Termasuk dalam kategori ini adalah para ahli bidang-bidang tertentu, seperti dokter, psikiater, ahli hukum dan lain-lain (Prayitno; 1999: 81)

Kaitannya dengan pihak-pihak yang terlibat dalam upaya bimbingan dan konseling, terdapat beberapa hal yag perlu diperhatikan, yaitu:

a. Perlibatan pihak-pihak, sumber dan unsur-unsur lain diluar diri orang yang mengalami masalah:

1.) harus sepengetahuan dan seizin orang yang mengalami masalah

2.) bersifat suka rela dan tidak merugikan pihak-pihak yang dilibatkan

b. pihak-pihak yang dilibatkan, dipilih secara seksama:

1.) agar dapat bermanfaat secara efektif dan efisien

2.) agar dapat disinkronisasi, dipantau dan dikontrol

3.) sesuai dengan azas-azas bimbingan dan konseling

c. ada penjelasan rinci tentang peranan masing-masing pihak yang dilibatkan terhadap pihak yang dilibatkan dan bagi orang yang mengalami masalah itu sendiri.

4. Penyikapan Terhadap Kasus

Penyikapan terhadap sebuah kasus berlangsung sejak awal penerimaan kasus untuk ditangani sampai dengan berakhirnya keterlibatan perhatian dan tindakan konselor terhadap kasus tersebut. Penyikapan pada umumnya mengandung unsur-unsur kognisi, afeksi dan perlakuan terhadap obyek yang disikapinya.

Unsur-unsur kognisi yang mendasari penyikapan terhadap kasus pada garis besarnya adalah sebagai berikut:

1.) Keyakinan dan penghayatan bahwa manusia ditakdirkan sebagai mahluk yang paling indah dan berderajat paling tinggi. Hal itu terwujud dalam bentuk kesenangan dan kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat

2.) Pemahaman dan penghayatan bahwa untuk menuju perwujudan manusia seutuhnya empat dimensi kemanusiaan harus dikembangkan secara serempak dan optimal

3.) Pemahaman ddan penghayatan setiap orang dapat mengalami permasalahan dalam hidupnya dan dapat mengganggu perkembangan keempat dimensi kemanusiaannya

4.) Pemahaman dan penghayatan bahwa faktor-faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap pengembangan dimensi-dimensi kemanusiaan disatu sisi dan di sisi lain juga mempengaruhi timbulnya permasalahan

5.) Pemahaman dan penghayatan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling mampu memberikan bantuan kepada orang-orang dalam rangka mengatasi masalah yang dihadapinya

6.) Pemahaman dan penghayatan bahwa orang yang sedang mengalami masalah tidak dianggap sebagai orang yang terlibat tindak kriminal ataupun orang yang sakit. Tetapi dianggap sebagai orang yang normal dan sehat

7.) Pemahaman dan penghayatan bahwa perlu upaya pendalaman lebih lanjut demi mencapai pemahaman yang lengkap dan mantap berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi

8.) Pemahaman dan penghayatan diperlukan tehnik dan strategi dalam mengatasi masalah yang dialami seseorang

9.) Pemahaman dan penghayatan bhawa dalam menangani permasalahan seseorang perlu melibatkan berbagai pihak, sumber dan unsur untuk secara efektif dan efisien mengatasi permasalahan.

Selanjutnya unsur-unsur kognitif tersebut diatas dapat diwujudkan dalam bentuk tingkah laku yang mencerminkan kecenderungan efektif, seperti:

1.) memberi penghargaan dan penghormatan yan setinggi-tingginya terhadap kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun kelompok.

2.) Konselor berupaya ikut mengembangkan empat dimensi kemanusiaan secara serasi dan seimbang menuju perwujudan manusia seutuhnya.

3.) Merasa prihatin dan menaruh simpai kepada orang-orang yang mengalami permasalahan

4.) Berusaha seoptimal mungkin menerapkan keahlian yang dimiliki untuk membantu menyelesaikan permasalahan seseorang dengan cepat dan tepat

5.) Bersikap positif terhadap orang-orang yang mengalami masalah

6.) Bertindak hati-hati, teliti, tekun dan bertanggung jawab dalam menangani permasalahan seseorang

7.) Mengembangkan wawasan, ide, strategi dan teknik serta menerapkannya dengan tepat

8.) Tidak menyelesaikan permasalahan seseorang sendirian saja, namun harus melibatkan pihak dan sumber yang dimungkinkan dapat memberi bantuan dalam penyelesaian seseorang

9.) Tidak menutup kemungkinan untuk mengalihtangankan penanganan masalah kepada pihak lain yang lebih ahli

Kemudian pemahaman dan penghayatan yang diwarnai oleh kecenderungan efeksi itu dapat secara nyata diwujudkan dalam bentuk perlakuan terhadap kasus dan upaya penanganannya. Perlakuan itu antara lain dapat berbentuk:

1) Menerima kasus yang dipercayakan kepadanya dengan penuh rasa tanggung jawab

2) Mengembangkan wawasan tentang kasus itu secara lebih rinci, baik mengenai sebab timbulnya permasalahan maupun akibatnya jika permasalahan tidak ditangani

3) Mengembangkan strategi dan menerapkan teknik-teknik yang tepat untuk mengatasi sumber-sumber pokok permasalahan

4) Melibatkan berbagai pihak, sumber dan unsur jika diyakini hal-hal tersebut akan membantu pemecahan masalah

5) Mengkaji upaya pemecahan masalah sampai seberapa jauh upaya tersebut menampakkan hasil.

Unsur kognisi, afeksi dan perlakuan setidaknya menjadi dasar penyikapan seseorang (konselor) terhadap kasus yang dipercayakan kepadanya. Dan hal itu menjadi wujud nyata dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling di samping itu kepribadian dan keahlian konselor juga ikut memberi kontribusi dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling


KESIMPULAN

Kasus adalah kesatuan kondisi yang mengindikasikan satu atau sejumlah masalah yang dialami oleh seorang individu. Masalah-masalah tersebut dapat berkenaan dengan keempat dimensi kemanusiaan kasus-kasus itu dihadapkan pada konselor agar permasalahan itu bisa diatasi dan individu terbebas dari permasalahan yang melilitnya.

Seorang konselor harus memiliki wawasan, pemahaman dan penyikapan terhadap kasus pada umumnya, serta pemahaman dan cara-cara penanganan masalah-masalah yang terkandung dalam setiap kasus.

Hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang konselor dari sebuah kasus adalah bahwa kasus yang ditanganinya tidak ada kaitannya dengan perkara criminal ataupun perdata, dan konselor tidak menangani kasus-kasus berkenaan dengan keadaan sakit ataupun ketidaknormalan secara fisik, konselor juga tidak boleh memandang suatu kasus dari berat ringannya, tetapi kasus itu hendaknya ditangani secara professional dan bertanggung jawab.

Konselor harus memiliki wawasan yang luas tentang berbagai masalah yang terkandung dalam sebuah kasus. Wawasan itu tercakup konsep-konsep atau ide-ide tentang rincian setiap masalah serta kemungkinan sebab-sebab dan akibat-akibatnya sedapat mungkin dikuasai oleh konselor.

Konsep atau ide itu akan memberikan arahan awal untuk melakukan pendalaman masalah melalui berbagai cara, seperti wawancara langsung dengan individu penyandang kasus, analisis otobiografi, tingkah laku, perkembangan, kumpulan data, konferensi kasus.

Penjelajahan dan penanganan masalah dilakukan dengan mengaktifkan berbagai pihak dan sumber yang terkait dengan kasus yang sedang ditangani. Penyikapan konselor terhadap setiap kasus yang ditangani konselor sejak awal menerima kasus sampai dengan selesainya penanganan kasus tersebut. Unsur-unsur kognisi, afeksi, dan perlakuan terkait langsung dengan penyikapan konselor terhadap suatu kasus.

http://imronfauzi.wordpress.com/2008/06/13/pemecahan-study-kasus-bimbingan-dan-konseling/

Selasa, 16 Februari 2010

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DAN PENGAJARAN REMEDIAL DALAM PENDIDIKAN IPA
A.Latar Belakang
Salah satu karakteristik yang penting dari proses belajar- mengajar yang efektif ialah kemampuan guru bekerja dengan subyek didik serta kemampuan mengorganisasikan pengalaman belajar sistematik. Hal ini berarti bahwa guru hendaknya mampu dan mau mengerti keadaan subyek didiknya dan atas dasar pengertian ialah mengorganisasikan pengalaman belajar yang disajikan kepada mereka.
Salah satu keadaan subyek didik yang perlu mendapat perhatian guru ialah kesulitan mereka di dalam belajar. Banyak guru yang merasa aman jika skor rata- rata yang dicapai para siswanya melebihi batas lulus yang ditentukan. Mereka kurang menyadari bahwa sesungguhnya skor rata- rata tidak selalu menggambarkan keberhasilan proses belajar mengajar yang langsung di kelas. Tugas guru tidak hanya sampai pada pencapaian skor rata- rata yang memadai, didik asuhannya dapat berkembang secara optimal menurut irama dan cara yang sesuai. Oleh karena subyek didik memiliki perkembangan yang unik baik dipengaruhi oleh factor- factor bawaan, lingkungan, ataupun interaksi antara keduanya, maka di dalam tiap kelas tidak mustahil akan terdapat beberapa subyek didik yang mengalami kesulitan belajar.Kesulitan –kesulitan tersebut hendaknya dideteksi oleh para guru sedini mungkin agar dapat direncanakan program remedi yang sesuai dan bermanfaat. Kesulitan belajar yang mereka alami dalam suatu kelas tentu saja bervariasi baik intensitas maupun jenis atau penyebabnya, subyek didik yang mengalami kesulitan yang ekstrim biasanya tidak di temukan lagi di kelas-kelas biasa akan tetapi sudah terseleksi pada kelas-kelas awal.
Sekurang-kurangnya ada dua kegiatan yang dapat di lakukan untuk medeteksi kesulitan belajar secara cermat,yakni; (1).Melakukan observasi secara langsung (2).Melakukan pengukuran hasil belajar kemudian menganlisis hasilnya Kegiatan pertama dimasukkan sebagai pengamatan yang dilakukan oleh guru, Kepala sekolah, pihak bimbingan dan konseling sekolah, pada saat proses belajar – mengajar berlangsung kegiatan ini utamanya untuk mendekati kesulitan belajar yang berhubungan dengan proses- proses IPA . Kegiatan kedua berkaitan dengan tes diagnostik kesulitan belajar ataupun tes prestasi hasil belajar.Hasil kedua kegiatan ini merupakan masukan bagi guru dalam menyusun program remedi.
B. Deskripsi Masalah Adapun permasalahan dalam makalah ini yang akan dibahas pada Bab berikutnya adalah sebagai berikut: 1. Apakah yang dimaksud kesulitan belajar? 2. Apa yang melandasi mengenai kesulitan belajar siswa? 3. Yang manakah yang termasuk kesulitan belajar siswa dalam Pendidikan IPA? 4. Apa saja kesulitan belajar dalam mempelajari proses- proses IPA? 5. Bagaimana cara mengidentifikasi kesulitan belajar siswa melalui proses IPA dan menggunakan tes hasil belajar? 6. Faktor- faktor apa yang mempengaruhi timbulnya kesulitan belajar siswa? 7. Bagaimana prosedur pengajaran Remedial? 8. Bagaimana teknik pengajaran remedial ? 9. Kapan dan dimana dilakukan pengajaran remedial? 10. Bagaimana mengevaluasi hasil pengajaran Remedial ?
Dari permasalahan di atas akan dibahas lebih lanjut pada bab berikutnya.
II. KESULITAN BELAJAR DALAM PENGAJARAN IPA Sekurangnya ada tiga asumsi dasar yang melandasi pembahasan mengenai diagnosis kesulitan belajar ini. Kegiatan asumsi tersebut sebagai berikut. 1. Siswa yang memiliki kesulitan yang eksterim, tidak terdapat lagi dalam kelas- kerlas yang ada disekolah- sekolah biasa. 2. Setiap siswa yang ada pada kelas – kelas di sekolah biasa tersebut pada dasarnya mampu mempelajari setiap materi yang diajarkan dengan waktu dan kecepatan yang bervariasi. 3. Alat penilaian yang digunakan oleh guru untuk mengukur keberhasilan siswa , memilki tingkat validitas dan reabilitas yang memadai. Melalui ketiga asumsi ini, siswa- siswa yang memperoleh hasil belajar yang kurang dari kriteria yang telah ditentukan dianggap dan akan diperlakukan sebagai siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar. Berikut ini berturut- turut akan diuraikan mengenai pengertian kesulitan belajar dan macam- macam kesulitan belajar dalam pengajaran IPA.
1. Pengertian Kesulitan Belajar
Tugas seorang guru bukan hanya sekedar menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa belajar, akan tetapi juga mendeteksi dengan cermat apakah kegiata- kegiatan belajar itu benar- benar telah berlangsung atau belum. Jika kita beranggapan bahwa sebagai bukti berlangsungnya kegiatan belajar itu adalah terjadinya perubahan tingkah laku bagi sdiswa, maka yang penting bagi guru ialah menetapkan kriteria, seberapa jauh perubahan tingkah laku yang terjadi itu masih dapat dianggap sebagai hasil kegiatan belajar.
Atas dasar asumsi bahwa setiap yang memiliki kecakapan rata- rata ( normal) akan mampu memperlihatkan terjadinya perubahan tingkah laku yang diharapkan asalkan kepada mereka diberi waktu yang sesuai dengan kecepatan belajar serta perkembangannya . Maka siswa yang belum memperlihatkan perubahan tersebut dalam waktu tertentu dianggap mengalami kesulitan belajar.
Jadi kesulitan belajar menurut definisi ini menyangkut kesulitan- kesulitan yang dialami siswa untuk mencapai tujuan pengajaran yang diberikan, dalam waktu yang sesuai dengan siswa yang memilk kecakapan rata – rata.
Dari definisi tersebut jelaslah kiranya bahwa skor rata yang tinggi dalam sebuah kelas belum menjamin tidak adanya siswa yang mengalami kesulitan belajar, sehingga terhadap kelas seperti ini mungkin saja masih diperlukan program remedi.Program remedi tidak lagi yang diperlukan bagi kelas yang semua siswanya telah memperlihatkan bahwa mereka telah mencapai prestasi minimal sama dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.
B. Macam – Macam Kesulitan Belajar
Jika seorang guru IPA menganggap bahwa IPA hanya merupakan kumpulan pengetahuan belaka, maka di dalam tugasnya ia akan mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan yang pertama ialah bagian mana dari sekian banyak fakta IPA yang telah terkumpul dan setiap saat bertambah itu yang akan disampaikan pada siswanya. Ia akan mengalami kesulitan di dalam melakukan seleksi dari sekian banyak pengetahuan yang telah ditemukan untuk diajarkan dalam waktu yang sangat terbatas.Kesulitan yang kedua adalah sehubungan dengan terjadinya perubahan yang terus- menerus di dalam IPA itu sendiri. Dahulu IPA mengakui bahwa elektron sebagai bagian atom dan merupakan kepingan materi yang tak terbagi terletak dalam suatu gumpalan muatan positif yang terjadi rata ( model atom Thomson). Penemuan ini kemudian berkembang dan model atom Rutherford memperlihatkan bahwa muatan positif ( proton ) di dalam atom dikelilingi oleh elektron. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang diperoleh sekarang lama- kelamaan menjadi usang, malahan kemungkinan akam terjadi bahwa suatu perubahan belum sempat dipelajari, sudah terjadi lagi penemuan yang baru.
Untuk mengatasi kesulitan – kesulitan ini, aspek lain dari IPA nampaknya perlu mendapat perhatian. Di samping mempelajari fakta- fakta dan perinsip- perinsip IPA, harus pula diteliti kegiatan- kegiatan para ilmuan untuk sampai pada fakta- fakta yang perinsip-perinsip itu. Kesulitan belajar dalam tulisan ini mencakup kedua aspek IPA tersebut, jadi kesulitan siswa dalm mempelajari proses-proses IPA dan kesulitan mereka dalam mempelajari produk IPA berupa konsep, prinsip, dan generalisasi. Kesulitan dalam mempelajari proses-proses IPA, meliputi kesulitan- kesulitan dalam: (1) melakukan observasi, (2) melakukan klasifikasi, (3) menggunakan dan memanipulasi angka-angka, (4) berkomunikasi, (5) melakukan prediksi, (6) Menarik kesimpulan, (7) mengontrol variabel, (8) menginterpretasikan data, (9) merumuskan hipotesis, dan (10) melakukan eksperimen.
1. Kesulitan Dalam Melakukan Obsevasi
Melakukan observasi adalah salah satu keterampilan proses dasar di dalam belajar IPA yang perlu dilatihkan. Tugas guru adalah membantu siswa agar mereka dapat menggunakan alat indranya dengan baik dan cermat bila mengamati suatu obyek atau peristiwa. Di dalam melakukan pengamatan , ketekunan, ketelitian dan ketepatan merupakan syarat keberhasilan, utamanya di dalam melakukan pengukuran. Adapun kesulitan – kesulitan yang mungkin timbul di dalam melakukan pengamatan adalah sebagai berikut:
a.Kesulitan Paralaks
Kesalahan paralaks adalah kesulitan menginterpolasikan kedudukan jarum penunjuk atau kedudukan permukaan zat cair dan semacamnya di antara dua skala terdekat.Kesulitan ini muncul sehubungan dengan kekurang terampilan pengamat menempatkan mata tepat tegak lurus di atas jarum penunjuk atau permuakaan zat cair yang diamati.
b.Kesulitan yang Timbul sehubungan dengan Keengganan Pengamat Melakukan Pengukuran Ulangan.
Pengukuran ulangan merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam pengamatan. Jika terhadap suatu besaran dilakukan pengukuran oleh seorang yang terampil dan dengan alat yang sempurna sekalipun, maka peluang untuk memperoleh hasil yang berbeda dalam pengukuran ualangan selalu ada sehingga pengukuran tunggal pada hakekatnya tidak banyak bermanfaat. Dengan demikian pengukuran ulangan sebanyak mungkin perlu dilakukan.
c.Kesulitan Dalam Menetukan atau memiliki Suatu Nilai Yang Terbaik serta Gambaran Penyimpangnnya.
Di dalam pengukuran, nilai benar hanya mungkin diperoleh apabila dilakukan pengukuran ulangan yang tidak terhingga banyaknya.Tentu saja pengulangan seperti ini tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu yang menjadi masalah adalah berapa kali pengulangan sebaiknya dilakukan, bagaimana memilih nilai terbaik, seberapa jauh pilihan itu dapat dipercaya.
2. 2.Kesulitan Dalam Melakuakn Klasifikasi
Berdasarkan penelitian para ahli masih banyak siswa dan bahkan mahasiswa pada tingkat persiapan masih banyak yang belum dapat melakukan operasi klasifikasi. Di dalam pelajarn IPA, klasifikasi merupakan salah satu keterampilan proses yang sangat penting> Operasi klasifikasi digunakan dalam IPA seperti halnya dalam bidang lain untuk mengidentifikasikan obyek atau peristiwa, guru memperlihatkan kesamaan- kesamaan, perbedaan- perbedaan, dan saling hubungan antara satu dengan yang lain.
3.Kesulitan Menggunakan dan Memanipulasi Angka-angka
Penggunaan angka adalah salah satu proses yang penting di dalam pelajaran IPA. Sekurangnya ada dua alasan mengapa latihan penggunaan dan memanipulasi angka angka-angka diberikan dalam pelajaran IPA, diantaranya:
Pertama, agar siswa menyadari bahwa kemampuan menggunakan dan memanipulasi angka-angka adalah sutu proses yang fundamental dalam IPA.
Kedua, untuk memberikan kesempatan pada mereka menggunakan dan memanipulasi angka-angka guna menjawab pertanyaan- pertanyaan di dalam situasi yang sesungguhnya. Seperti halnya dengan keterampilan proses lainnya, anak usia konkrit operasional semestinya telah mampu memahami arti bilangan, namun pada kenyataannya masih banyak di antara mereka yang melihat usianya sudah tergolong formal operasional, namun belum mengerti benar arti bilangan.
4.Kesulitan Berkomunikasi
Berkomunikasi adalah suatu proses yang tidak hanya terdapat dalam IPA tetapi dalam setiap kegiatan manusia. Komunikasi yang jelas, tepat, dan tidak menimbulkan keragu- raguan sangat dibutuhkan di dalam setiap kegiatan dan merupakan hal yang fundamental di dalam IPA.Di dalam pelajaran IPA siswa diharapkan dapat:
a.menjelaskan sifat- sifat benda sedemikian sehingga orang lain dapat mengidentifikannya,
b.menjelaskan terjadinya perubahan sifat- sifat benda,
c.membuat gambaran yang memperlihatkan posisi relatif suatu ukuran benda dan mengidentifikasikan benda- benda serta ukuran jarak pada sebuah gambar /peta,
d.membuat grafik atau diagram,
e.menjelaskan secara verbal hubungan dan kecenderungan yang terlihat dalam sebuah grafik.
Tidak semua siswa yang memiliki alat indra yang normal mupun melakukan komunikasi dengan mudah. Untuk membuat sebuah diagram atau grafik, di perlukan kemampuan membangun model simbolik atau teoritis. Untuk itu siswa hendaknya memiliki daya abstraksi yang cukup baik.
5.Kesulitan Melakukan Prediksi
Prediksi adalah suatu pendapat khusus mengenai kemungkinan hasil pengamatan yang akan datang atau yang belum dilakukan.di dalam pelajaran IPA, prediksi didasarkan pada observasi, pengukuran, dan kesimpulan tentang hubungan antara variabel- variabel yang dimati. Prediksi yang tidak didasarkan atas pengamatan lebih dari suatu terkaan. Prediksi yang cermat dihasilkan dari observasi yang luas dan teliti secara pengukuran yang tepat. Namun demikian masih banyak terdapat sejumlah siswa yang telah mampu melakukan observasi dan pengukuran dengan baik, mengalami kesulitan dan melakukan prediksi. Hal ini dapat dimengerti jika diingat bahwa untuk melakukan prediksi diperlukan daya kreativitas khususnya kemampuan melihat adanya konsekuensi serta perkiraan akan kejadian yang akan datang.
6.Kesulitan Menarik Kesimpulan
Sekalipun seseorang telah dapat melakukan observasi dengan baik, namun belum tentu ia dapat dengan mudah membedakan antara observasi dengan kesimpulan. Jika hal ini berlangsung terus menerus, maka ia akan mengalami banyak kesulitan di dalam berfikir logis. Observasi adalah suatu pengalaman yang diperolaeh melalui salah satu alat indra, sedangkan kesimpulan adalah suatu penjelasan terhadap hasil observasi. Suatu kesimplan biasanya diuji dengan pengamatan, dan apabila suatu kesimpulan tersbut tidak ditunjang oleh data pengamatan maka perlu dibuat kesimpulan baru. Ini berarti bahwa untuk setiap observasi atau sekumpulan observasi dapat dibuat lebih dari satu kesimpulan. Di dalam pelajaran IPA pada umumnya siswa dituntut agar terampil:
a. membuat satu atau lebih kesimpulan dari serangkian observasi
b. mengidentifikasi observasi yang menunjang kesimpulan
c. menjelaskan dan mendemostrasikan observasi lain yang dibutuhkan untuk menguji alternatif kesimpulan.
d. mengidentifikasi kesimpulan yang harus diterima, ditolak, atau dimodifikasi yang didasarkan pada observasi
Dapat dilihat bahwa untuk kemampuan –kemampuan tersebut diperlukan kemampuan dan keterampilan terpadu. Siswa yang belum memiliki kemampuan –kemampuan ini pada waktu yang telah ditentukan dianggap menemui kesulitan belajar.
7.Kesulitan Dalam Mengontrol Variabel
Didalam melakukan percobaan – percobaan IPA siswa harus dapat mengontrol satu atau beberapa variabel untuk melihat pengaru variabel eksperimen. Keterampilan mengontrol variabel ini mencakup ketermpilan –ketermpilan ;
a. mengidentifikasi variabel –variabel eksperimen, yakni variabel- variabel yng akan dilihat pengaruhny terhadap tingka laku atau sifat- sifat dari sistem fisik atau biologis yang diteliti
b. mengidentifikasi variabel – variabel yang akan dibuat tetap atau dihilangkan/ dinetralkan pengaruhnya di dalam eksperimen
c. mengidentifikasi variabel – variabel lainnya, seperti variabel moderator dan variabel penyela.
d. membedakan antara kondisi yang dapat membuat netral pengaruh suatu variabel dengan kondisi yang dapat membuat variabel itu berpengaruh.
e. menyusun suatu prosedur pengujian untuk melihat pengaruh variabel- variabel eksperimen terhadap variabel- variabel respon .
f. mengidentivikasi variabek –variabel yang tidak tau sangat sukar dikontrol dalam suatu penyelidikan atau eksperimen.
Mengontrol vriabel adalah salah satu keterampilan proses IPA yang perlu bagi siswa yang melakukan eksperimen dimana satu atau beberapa variabel eksperimen akan diuji pengaruhnya. Mereka yang gagal mendemostrasikan keterampilan ini dalam waktu yang telah ditetapkan mengalami kesulitan belajar.
8.Kesulitan Dalam Mengintepretasikan Data
Keterangan menginterpretasikan data tidak hanya diperlukan dalam IPA tetapi juga dalam pelajaran yang lain , bahkan dalam kehidupan sehari- hari. Pada saat menonton tedevisi, membaca peta cuaca, diagram kecepatan, dan sebagainya, digunakan keterampilan ini. Menginterpretasikn data biasanya diarahkan kepada tiga jenis latihan keterampilan;
Pertama, melakukan interpretasi untuk menuntun siswa kearah penarikan kesimplan, prediksi, dan perumusan hipotesis.
Kedua, sehubngan dengan pengembangan keterampian dalam menggunakan data statistik, seperti harga rata –rata median, varian, dan lain –lain. Ketiga, untuk mengembankan keterampilan dalam menggunakan ukuran kebolehjadian atau probilitas.
Kegagalan dalam menggunakan ketermpilan ini juga dianggap sebagai salah satu kesulitan belajar.
9. Kesulitan Dalam Merumuskan Hipotesis
Setelah melakukan observasi para guru mencoba memikirkan fakto- faktor penyebab , yang mempengaruhi, atau kaitan antara peristiwa itu dengan peristiwa lainnya.Untuk itu mereka menyusun generalisasi yang didasarkan atas pengetahuan yang dimiliki dengan melihat hasil observasi yang tekah dilakukan Proses generalisasi tersebut dikenal sebagai hipotesis. Keterampilan dalam merumuskan hipotesis ini mencakup:
a. keterampilan membangun hipotesis yang merupakan generalisasi
b. ketermpilan menyusun alat dan melakukan pengujian hipotesis
c. keterampilan membedakan antara observasi yang menunjang hipotesis dengan observasi yang tidak menunjang hipotesis
d. keteranmpilan melakukan revisi hipotesis yang didasarkan pada observasi- observasi yang dilakukan untuk menguji hipotesis tersebut.
Sekalipun keterampilan ini nampaknya saling berkaitan satu dengan yang lain dan juga berhubungan dengan keterampilan – keterampilan yang diuraikan sebelumnya . namun masih juga terjadi peluang untuk melakukan kesalahan. Inipun salah satu jenis kesulitan belajar
10.Kesulitan Dalam Melakukan Eksperimen
Melakukn eksperiman adalah proses yang mencakup semua keterampilan proses yang ada. Seseorang yang ingin melakukan eksperimen biasanya mulai dengan masalah dan observasi yang mewujudkan pertanyaan- pertanyaan yang perlu dijawab. Untuk itu dilakukanlah eksperimen , mulai dari yang paling sederhana sampai dengan eksperimen yang rumit melibatkan banyak variabel. Keterampilan ini meliputi:
a. Keterampilan mengidentifikasikan variabel- variabel yang akan dikontrol serta merumuskan definisi operasional variabel –variabel yang dilibatkan
b. keterampilan munyusun tes dan mengumpulkan data yang relevan dengan tes tersebut
c. keterampilan menyusun laporan eksperimen yang menyatakan seberepa jauh data yang dikumpulkan mendukung hipotesys yang telah dirumuskan
Sekalipun keterampilan melakukan eksperimen merupakan integrasi dari semua keterampilan proses lainnya, namun penguasaan keterampilan – keterampilan itu belum menjamin seorang dapat melakukan eksperimen dengan baik.Di samping kesulitan – kesulitan belajar yang berhubungan dengan proses IPA, juga dijumpai siswa – siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari produk IPA, berupa konsep, prinsip , dan generalisasi.
III. IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR DALAM PENGAJARAN IPA Untuk mengidentifikasi kesulitan belajar dalm pengajaran IPA, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (a). Identifikasi pada saat siswa melakukan proses IPA, dan (b). Identifikasi dengan menggunakan tes hasil belajar.A. Identifikasi Pada Saat Siswa Sedang Melakukan Proses IPA Pada saat siswa sedang melakukan proses, guru dapat mengidentifikasikan keterampilan mana yang sulit dilakukan oleh mereka. Identifikasi ini dapat dilakukan dengan memperhatikan keterampilan- keterampilan dasar dan keterampilan- keterampila terpadu.Jika seorang siswa mengalami kesulitan dalam melakukan salah satu keterampilan terpadu, guru hendaknya memeriksa apakah keterampilan- keterampilan dasar yang mendukung keterampilan terpadu tersebut sudah dikuasai. Sebagai contoh, keterampilan dalam melakukan eksperimen sangat tergantung kepada keterampilan siswa melakukan pengamatan atau melakukan pengukuran yang termasuk sebagai keterampilan proses dasar adalah keterampilan –keterampilan dalam melakukan observasi, manipulasi angka, predikasi, dan menarik kesimpulan. Selebihnya, yaitu keterampilan mengontrol variabel, menginterpretasikan data, merumuskan hipotesis dan melakukan eksperimen termasuk sebagai keterampilan proses terpadu. Dengan jalan melakukan observasi secara langsung terhadap siswa sedang melakukan proses IPA, guru dapat mengidentifikasi kesulitan- kesulitan belajar yang mana yang dialami oleh para siswanya. B.Mengidentifikasi Dengan Menggunakan Tes Hasil Belajar Dengan menganalisis jawaban para siswa dalam tes hasil belajar, guru dapat mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami mereka. Langkah pertama yang dapat ditempuh adalah mengidentifikasi siswa –siswa yang mengalami kesulitan belajar sehubungan dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai atau materi yang terkandung dalam tes. Untuk maksud tersebut, dapat ditempuh dua cara, tergantung pada pola penilaian yang digunakan di dalam menilai jawaban siswa. Jika pola yang digunakan adalah penilaian acuan patokan , maka siswa yang mengalami kesulitan belajar diidentifikasikan berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi yang diharapkan yang telah ditetapkan lebih dahulu IV. PENGAJARAN REMEDIAL DALAM PENDIDIKAN IPA A. Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Kesulitan Belajar Setelah guru dapat menidentifikasi kesulitan –kesulitan belajar yang dialami para siswanya, hendaknya guru dapat menemukan faktor –faktor yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap timbulnya kesulitan- keslitan tersebut. Menurut M.Endang ada tiga faktor yang mempengaruhi,diantaranya: a. Yang berkenaan dengan proses IPA b. Yang berkenaan dengan Produk IPA c. Faktor kematangan siswa 1. Yang berkenaan denga proses IPA Jika kesulitan yang dialami, berkenaan dengan keterampilan proses dasar, maka faktor yang paling berpengaruh adalah latihan.Keterampilan proses dasar tidak dapat dikuasai tanpa latihan yang intensif. Selanjutnya, jika kesulitan yang dialami berkenaan dengan keterampilan proses terpadu, maka disamping faktor latihan, penguasaan keterampilan proses dasar yang merupakan prasyarat juga memegang peranan yang penting. 2. Yang berkenaan dengan Produk IPA Jika kesulitan belajar yang dialami berkenaan dengan produk IPA, seperti kesulitan mempelajari dan memahami konsep, prinsip, dan generalisasi, maka faktor yang paling berpengaruh adalah penguasaan konsep, prinsip, dan generalisasi dasar yang mendahuluinya atau yang berkaitan dengannya. Sebagai contoh, seorang siswa pasti akan mengalami kesulitan dalam mempelajari hukum kekekalan energi jika konsep usaha dan energi belu dikuasai. Begitu pula konsep mengenai gaya dan momentum hendaknya telah difahami sebelum mempelajari prinsip kekekalam momentum. 3. Faktor Kematangan Siswa Faktor dari dalam diri siswa yang juga berpengaruh baik terhadap penguasaan keterampilan proses maupun terhadap produk-produk IPA, yaitu kematangan siswa. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tingkat perkembangan kognitif siswa sangat berpengaruh terhadap pemahaman berbagai konsep di dalam IPA. Kemampuan sisw melakukan operasi logik, yang merupakan pencerminan dan tingkat perkembangan kognitif sangat dibutuhkan baik di dalam kegiatan proses, maupun di dalam mempelajari prodik IPA. Informasi tentang faktor –faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar yang diuraikan di atas sangat bermanfaat bagi guru untuk merencanakan pengajaran remedial dalam usaha membantu siswa mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya. Penjelasan lebih lanjut tentang pengajaran remedial akan diberikan pada bagian berikut. B. Prosedur Pengajaran Remedial Identifikasi kasus dan faktor- faktor yang mempengaruhi timbulnya kesulitan belajar tidak akan bermanfaat apabila tidak diikuti dengan tindakan- tindakan yang dapat membantu para siswa yang mengalami kesulitan belajar. Sebelum mengambil tindakan – tindakan tersebut seorang guru perlu merencanakan cara yang menurut pertimbangannya akan dapat membantu siswa. Rencana yang disusun hendaknya didasarkan pada hasil identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kesulita belajar. Di samping itu, guru perlu mempertimbangkan apakah pengajaran remedial yang direncanakan itu akan diberikan kepada masing- masing siswa secara individual atau kepada kelompok- kelomok siswa. Perencanaan seperti ini juga meliputi pertimbangan tentang waktu dan tempat pelaksanaan pengajaran remedial. Pengajaran remedial hendaknya diakhiri dengan tes untuk mengetahui sampai berapa jauh usaha yang telah direncanakan dan dilaksanakan dapat membantu siswa. Apabila beberapa kali diremedi ternyata masih ada juga siswa yang tidak berhasil mengatasi kesulitan belajarnya, maka guru perlu berkonsultasi dengan bahagian bimbingan dan konseling sekolah. C. Teknik Pengajaran Remedial Untuk membahas teknik pengajaran remedial dalam pengajaran IPA, dapat dilihat kembali kesulitan –kesulitan yang dialami siswa tabel 1,2 dan 3. Guru harus mampu mengidentifikasi kesulitan- kesulitan yang dialami siswa baik tingkat penguasaan kompetensi,hasil analis butir tes maupun pencapaian tujuan instruksional. Setelah itu guru memilih beberapa alternatif, diantaranya: 1. Guru dapat mengulangi lagi pelajaran dengan cara yang sama tetapi dengan penyajian yang lebih lambat. 2. Guru mengulangi pelajaran itu tetapi dengan cara yang lain, yaitu membahas materi yang lebih sederhana kemudian dianjurkan siswa untuk mempelajarinya. 3. Guru memulai pengajaran remedi dengan mengulangi materi yang diduga merupakan materi prasyarat yang telah diajarkan. Dari uraian di atas dpat disimpulkan bahwa dalam merencanakan pengajaran remedial guru harus memikirkan berbagai alternatif yang mungkin dan diikuti dengan pertimbangan- pertimbangan yang lebih lanjut tentang kesesuaian masing- masing alternatif dengan kadar kesulitan serta jenis kesulitan yang dialami. D. Waktu Dan Tempat Pengajaran Remedial Kapan pengajaran remedial dapat dilaksanakan, sangat bergantung kepada waktu yang tersedia, bukan saja bagi guru tetapi juga bagi siswa yang bersangkutan. Kalau kasus yang akan diremedi merupakan kelompok siswa yang cukup besar maka kemungkinan perlu ditentukan waktu-waktu yang khusus selama kegiatan sekolah berlansung. Bila kasus yang akan diremedi beberapa orang siswa saja maka kemungkinan pelaksanaan remedial dapat dilakukan di rumah siswa pada jam diluar jam sekolah. Tempat pelaksanaan pengajaran remedial sangat ditentukan oleh jenis kesulitan yang dialami siswa. Apabila kesulitan siswa berhubungan dengan keterampilan proses IPA, program remedial sebaiknya dilakukan di laboratorium sekolah atau diluar sekolah seperti di kebun binatang atau ditempat- tempat lainnya. Jika kesulitan siswa berkenaan dengan produk IPA , kemungkinan pelaksaan program remedi dapat dilakukan dikelas- kelas biasa. Jika kesulitan yng dialami berkaitan dengan tingkat perkembangan kognitif mereka tempat pelaksanan program remedi dapat dilakukan di sekolah, di luar sekolah ataupun di rumah.
E. Evaluasi Hasil Pengajaran Remedial Evaluasi hasil pengajaran remedial dapat dilakukan dengan menggunakan tes. Syarat- syarat penyususnan tes untuk pengajaran remedi pada dasarnya sama dengan syarat- syarat penyusunan tes untuk pengukuran prestasi hasil belajar. Perbedaannya terletak pada tingkat kesulitan butir- butir tersebut. Untuk tes hasil pengajaran remedial, tingkat kesulitan butir tes tidak merupakan syarat utama. Yang penting adal;ah penguasaan materi atau keterampilan yang telah diremedial.KESIMPULAN Sekurang-kurangnya ada dua kegiatan yang dapat di lakukan untuk medeteksi kesulitan belajar SISWA secara cermat,yakni; (1). Melakukan observasi secara langsung, yaitu dimasukkan sebagai pengamatan yang dilakukan oleh guru, Kepala sekolah, pihak bimbingan dan konseling sekolah, pada saat proses belajar – mengajar berlangsung, kegiatan ini utamanya untuk mendekati kesulitan belajar yang berhubungan dengan proses- proses IPA (2). Melakukan pengukuran hasil belajar kemudian menganlisis hasilnya,yaitu: kegiatan berkaitan dengan tes diagnostik kesulitan belajar ataupun tes prestasi hasil belajar.Hasil kedua kegiatan ini merupakan masukan bagi guru dalam menyususn program remedi Adapaun kesulitan – kesulitan belajar yang sering dihadapi siswa adalah sebagai berikut: 1) melakukan observasi, (2) melakukan klasifikasi, (3) menggunakan dan memanipulasi angka-angka, (4) berkomunikasi, (5) melakukan prediksi, (6) Menarik kesimpulan, (7) mengontrol variabel, (8) menginterpretasikan data, (9) merumuskan hipotesis, dan (10) melakukan eksperimen DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, dkk. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta Arikunto Suharsimi.1987. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Bumi Aksara. Jakarta Slameto. 2003 . Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya . Jakarta: Rineka Cipta Loekmono, J.T Lobby. 1994 . Belajar Bagaimana Belajar. Jakarta : Gunung Mulia. Muh.Entang.1983. Diagnosis kesulitan belajar dan penajaran remedial, Jakarta: Proyek pengembangan lembaga pendidikan tenaga kependidikan (P2LPTK) Seumahu,J.G.1984, Diagnosis kesulitan belajar dan pengajaran remedial dalam pendidikan IPA, Jakarta: Proyek pengembangan lembaga pendidikan tenaga kependidikan (P2LPTK)


Sumber: http://ilmu.unesa.ac.id/desktop/?q=pola%20bagan%20bimbingan%20dan%20konseling&utf=UTF8

Diagram BK Pola 17 +

TUGAS POKOK GURU PEMBIMBING ADALAH

A. Menyusun Program
B. Melaksanakan Program
C. Evaluasi Pelaksanaan BK
D. Analisis Hasil Pelaksanaan BK
E. Tindak Lanjut Pelaksanaan Prog./ Polo Up



I. BIDANG BIMBINGAN
a. Bimb.Pribadi
b. Bimb. Sosial
c. Bimb. Belajar
d. Bimb.Karier

II. JENIS LAYANAN
a. Lay. Orientasi
b. Lay. Informasi
c. Lay. Penempatan dan penyaluran
d. Lay. Pembelajaran
e. Lay. Konselins Individual
f. Lay. Konseling Kelompok
g. Lay. Bimbingan Kelompok
h. Lay. Konsultasi
i. Lay. Mediasi

III. KEGIATAN PENDUKUNG
a. Aplikasi Instrumentasi Bimb.
b. Penyelengaraan Himp Data
c. Konfrensi Kasus
d. Kunjumgan Rumah
e. Alih Tangan Kasus

IV. FUNGSI BK
a. Pemahaman
b. Pencegahan/Prepentif
c. Pengentasan/Kuratif
d. Pemeliharaan/Pengembangan
e. Advokasi/Pembelaan

V. PRINSIP DAN AZAS BK
A.Prinsip berkenaan dengan :
a. Sasaran layanan
-.Semua siswa tidak pilih kasih
-.Tahapan-tahapan perkembangan
-.Memperhatikan adanya perbedaan indiv
b. Permasalahan :
-.Mental,fisik,penyesuaian diri,td diterima oleh temennya
-.Kesenjangan ekonomi
c.Program :
-.Integral dr pdd dan perkembangan indiv
-.Pleksibel,sesuai dg situasi setempat di sklh tsb

d. Tujuan dan pelaksanaannya
-.Diarahkan utk pengembangan indiv scr optimal
( sesuai dg kapasitas yg ada pd siswa /self helf/kemampuan siswa
utk membantu dirinya sendiri )
-.Mengambil keputusan atas kemauan siswa sendiri
( ada kedewasaan pd diri siswa tanpa ada paksaan dr or lain )
-.Pelaksanaanya dilakukan oleh tenaga ya=g propesional utk
membantu memecahkan mslh siswa
-.Kerjasama dengan pihak terkait ( kepsek,waka guru bid stud , wl
kls,psicol.ortu )

B. A Z A S BK
1. Kerahasiaan
2. Kesukarelaan
3. Keterbukaan
4. Kegiatan
5. Kemandirian
6. Kekinian
7. Keterpaduan
8. Kedinamisan
9. Kenormatipan
10. Alih tangan kasus
11. Keahlian
12. Tut Wuri Handayani