BLOG INI ADALAH BLOG UNTUK ANDA SEMUA YANG MEMBUTUHKAN INFORMASI MENGENAI KONSELING, PSIKOLOGI, SENI DAN AGAMA.

MARI BERBAGI ILMU, PENGALAMAN DAN EKSPRESI! TEBARKAN SEMANGAT BERBAGI

Rabu, 28 Oktober 2009

Delapan Tanda Orang Ikhlas

Amal yang kita lakukan akan diterima Allah jika memenuhi dua rukun. Pertama, amal itu harus didasari oleh keikhlasan dan niat yang murni: hanya mengharap keridhaan Allah swt. Kedua, amal perbuatan yang kita lakukan itu harus sesuai dengan sunnah Nabi saw.

Syarat pertama menyangkut masalah batin. Niat ikhlas artinya saat melakukan amal perbuatan, batin kita harus benar-benar bersih. Rasulullah saw. bersabda, “Innamal a’maalu bin-niyyaat, sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung niatnya.” (Bukhari dan Muslim). Berdasarkan hadits itu, maka diterima atau tidaknya suatu amal perbuatan yang kita lakukan oleh Allah swt. sangat bergantung pada niat kita.

Sedangkan syarat yang kedua, harus sesuai dengan syariat Islam. Syarat ini menyangkut segi lahiriah. Nabi saw. berkata, “Man ‘amala ‘amalan laisa ‘alaihi amrunaa fahuwa raddun, barangsiapa yang mengerjakan suatu perbuatan yang tidak pernah kami diperintahkan, maka perbuatan itu ditolak.” (Muslim).

Tentang dua syarat tersebut, Allah swt. menerangkannya di sejumlah ayat dalam Alquran. Di antaranya dua ayat ini. “Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh….” (Luqman: 22). “Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan….” (An-Nisa: 125)

Yang dimaksud dengan “menyerahkan diri kepada Allah” di dua ayat di atas adalah mengikhlaskan niat dan amal perbuatan hanya karena Allah semata. Sedangkan yang yang dimaksud dengan “mengerjakan kebaikan” di dalam ayat itu ialah mengerjakan kebaikan dengan serius dan sesuai dengan sunnah Rasulullah saw.

Fudhail bin Iyadh pernah memberi komentar tentang ayat 2 surat Al-Mulk, “Liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala, supaya Allah menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” Menurutnya, maksud “yang lebih baik amalnya” adalah amal yang didasari keikhlasan dan sesuai dengan sunnah Nabi saw.

Seseorang bertanya kepadanya, “Apa yang dimaksud dengan amal yang ikhlas dan benar itu?” Fudhail menjawab, “Sesungguhnya amal yang dilandasi keikhlasan tetapi tidak benar, tidak diterima oleh Allah swt. Sebaliknya, amal yang benar tetapi tidak dilandasi keikhlasan juga tidak diterima oleh Allah swt. Amal perbuatan itu baru bisa diterima Allah jika didasari keikhlasan dan dilaksanakan dengan benar. Yang dimaksud ‘ikhlas’ adalah amal perbuatan yang dikerjakan semata-mata karena Allah, dan yang dimaksud ‘benar’ adalah amal perbuatan itu sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw.” Setelah itu Fudhail bin Iyad membacakan surat Al-Kahfi ayat 110, “Barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaknya ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.”

Jadi, niat yang ikhlas saja belum menjamin amal kita diterima oleh Allah swt., jika dilakukan tidak sesuai dengan apa yang digariskan syariat. Begitu juga dengan perbuatan mulia, tidak diterima jika dilakukan dengan tujuan tidak mencari keridhaan Allah swt.

Delapan Tanda Keikhlasan

Ada delapan tanda-tanda keikhlasan yang bisa kita gunakan untuk mengecek apakah rasa ikhlas telah mengisi relung-relung hati kita. Kedelapan tanda itu adalah:

1. Keikhlasan hadir bila Anda takut akan popularitas

Imam Ibnu Syihab Az-Zuhri berkata, “Sedikit sekali kita melihat orang yang tidak menyukai kedudukan dan jabatan. Seseorang bisa menahan diri dari makanan, minuman, dan harta, namun ia tidak sanggup menahan diri dari iming-iming kedudukan. Bahkan, ia tidak segan-segan merebutnya meskipun harus menjegal kawan atau lawan.” Karena itu tak heran jika para ulama salaf banyak menulis buku tentang larangan mencintai popularitas, jabatan, dan riya.

Fudhail bin Iyadh berkata, “Jika Anda mampu untuk tidak dikenal oleh orang lain, maka laksanakanlah. Anda tidak merugi sekiranya Anda tidak terkenal. Anda juga tidak merugi sekiranya Anda tidak disanjung ornag lain. Demikian pula, janganlah gusar jika Anda menjadi orang yang tercela di mata manusia, tetapi menjadi manusia terpuji dan terhormat di sisi Allah.”

Meski demikian, ucapan para ulama tersebut bukan menyeru agar kita mengasingkan diri dari khalayak ramai (uzlah). Ucapan itu adalah peringatan agar dalam mengarungi kehidupan kita tidak terjebak pada jerat hawa nafsu ingin mendapat pujian manusia. Apalagi, para nabi dan orang-orang saleh adalah orang-orang yang popular. Yang dilarang adalah meminta nama kita dipopulerkan, meminta jabatan, dan sikap rakus pada kedudukan. Jika tanpa ambisi dan tanpa meminta kita menjadi dikenal orang, itu tidak mengapa. Meskipun itu bisa menjadi malapetaka bagi orang yang lemah dan tidak siap menghadapinya.

2. Ikhlah ada saat Anda mengakui bahwa diri Anda punya banyak kekurangan

Orang yang ikhlas selalu merasa dirinya memiliki banyak kekurangan. Ia merasa belum maksimal dalam menjalankan segala kewajiban yang dibebankan Allah swt. Karena itu ia tidak pernah merasa ujub dengan setiap kebaikan yang dikerjakannya. Sebaliknya, ia cemasi apa-apa yang dilakukannya tidak diterima Allah swt. karena itu ia kerap menangis.

Aisyah r.a. pernah bertanya kepada Rasulullah saw. tentang maksud firman Allah: “Dan orang-ornag yang mengeluarkan rezeki yang dikaruniai kepada mereka, sedang hati mereka takut bahwa mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” Apakah mereka itu orang-orang yang mencuri, orang-orang yang berzina, dan para peminum minuman keras, sedang mereka takut akan siksa dan murka Allah ‘Azza wa jalla? Rasulullah saw. menjawab, “Bukan, wahai Putri Abu Bakar. Mereka itu adalah orang-orang yang rajin shalat, berpuasa, dan sering bersedekah, sementera mereka khawatir amal mereka tidak diterima. Mereka bergegas dalam menjalankan kebaikan dan mereka orang-orang yang berlomba.” (Ahmad).

3. Keikhlasan hadir ketika Anda lebih cenderung untuk menyembunyikan amal kebajikan

Orang yang tulus adalah orang yang tidak ingin amal perbuatannya diketahui orang lain. Ibarat pohon, mereka lebih senang menjadi akar yang tertutup tanah tapi menghidupi keseluruhan pohon. Ibarat rumah, mereka pondasi yang berkalang tanah namun menopang keseluruhan bangunan.

Suatu hari Umar bin Khaththab pergi ke Masjid Nabawi. Ia mendapati Mu’adz sedang menangis di dekat makam Rasulullah saw. Umar menegurnya, “Mengapa kau menangis?” Mu’adz menjawab, “Aku telah mendengar hadits dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda, ‘Riya sekalipun hanya sedikit, ia termasuk syirik. Dan barang siapa memusuhi kekasih-kekasih Allah maka ia telah menyatakan perang terhadap Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang baik, takwa, serta tidak dikenal. Sekalipun mereka tidak ada, mereka tidak hilang dan sekalipun mereka ada, mereka tidak dikenal. Hati mereka bagaikan pelita yang menerangi petunjuk. Mereka keluar dari segala tempat yang gelap gulita.” (Ibnu Majah dan Baihaqi)

4. Ikhlas ada saat Anda tak masalah ditempatkan sebagai pemimpin atau prajurit

Rasulullah saw. melukiskan tipe orang seperti ini dengan berkataan, “Beruntunglah seorang hamba yang memegang tali kendali kudanya di jalan Allah sementara kepala dan tumitnya berdebu. Apabila ia bertugas menjaga benteng pertahanan, ia benar-benar menjaganya. Dan jika ia bertugas sebagai pemberi minuman, ia benar-benar melaksanakannya.”

Itulah yang terjadi pada diri Khalid bin Walid saat Khalifah Umar bin Khaththab memberhentikannya dari jabatan panglima perang. Khalid tidak kecewa apalagi sakit hati. Sebab, ia berjuang bukan untuk Umar, bukan pula untuk komandan barunya Abu Ubaidah. Khalid berjuang untuk mendapat ridha Allah swt.

5. Keikhalasan ada ketika Anda mengutamakan keridhaan Allah daripada keridhaan manusia

Tidak sedikit manusia hidup di bawah bayang-bayang orang lain. Bila orang itu menuntun pada keridhaan Allah, sungguh kita sangat beruntung. Tapi tak jarang orang itu memakai kekuasaannya untuk memaksa kita bermaksiat kepada Allah swt. Di sinilah keikhlasan kita diuji. Memilih keridhaan Allah swt. atau keridhaan manusia yang mendominasi diri kita? Pilihan kita seharusnya seperti pilihan Masyithoh si tukang sisir anak Fir’aun. Ia lebih memilih keridhaan Allah daripada harus menyembah Fir’aun.

6. Ikhlas ada saat Anda cinta dan marah karena Allah

Adalah ikhlas saat Anda menyatakan cinta dan benci, memberi atau menolak, ridha dan marah kepada seseorang atau sesuatu karena kecintaan Anda kepada Allah dan keinginan membela agamaNya, bukan untuk kepentingan pribadi Anda. Sebaliknya, Allah swt. mencela orang yang berbuat kebalikan dari itu. “Dan di antara mereka ada orang yang mencela tentang (pembagian) zakat. Jika mereka diberi sebagian daripadanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebagian daripadanya, dengan serta merta mereka menjadi marah.” (At-Taubah: 58)

7. Keikhalasan hadir saat Anda sabar terhadap panjangnya jalan

Keikhlasan Anda akan diuji oleh waktu. Sepanjang hidup Anda adalah ujian. Ketegaran Anda untuk menegakkan kalimatNya di muka bumi meski tahu jalannya sangat jauh, sementara hasilnya belum pasti dan kesulitan sudah di depan mata, amat sangat diuji. Hanya orang-orang yang mengharap keridhaan Allah yang bisa tegar menempuh jalan panjang itu. Seperti Nabi Nuh a.s. yang giat tanpa lelah selama 950 tahun berdakwah. Seperti Umar bin Khaththab yang berkata, “Jika ada seribu mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika ada seratus mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika ada sepuluh mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika ada satu mujahid berjuang di medan juang, itulah aku!”

8. Ikhlas ada saat Anda merasa gembira jika kawan Anda memiliki kelebihan

Yang paling sulit adalah menerima orang lain memiliki kelebihan yang tidak kita miliki. Apalagi orang itu junior kita. Hasad. Itulah sifat yang menutup keikhlasan hadir di relung hati kita. Hanya orang yang ada sifat ikhlas dalam dirinya yang mau memberi kesempatan kepada orang yang mempunyai kemampuan yang memadai untuk mengambil bagian dari tanggung jawab yang dipikulnya. Tanpa beban ia mempersilakan orang yang lebih baik dari dirinya untuk tampil menggantikan dirinya. Tak ada rasa iri. Tak ada rasa dendam. Jika seorang leader, orang seperti ini tidak segan-segan membagi tugas kepada siapapun yang dianggap punya kemampuan.
Tazkiyatun nufus : Muhammad bugi

Seni berinteraksi

dakwatuna.com - Manusia adalah makhluk sosial, dia tidak bisa hidup seorang diri, atau mengasingkan diri dari kehidupan bermasyarakat. Dengan dasar penciptaan manusia yang memikul amanah berat menjadi khalifah di bumi, maka Islam memerintahkan umat manusia untuk saling ta’awun, saling tolong menolong bagi tersebarnya nilai rahmatan lil ‘alamin Islam. Maka dalam hal ini, Islam hanya menganjurkan umatnya untuk ta’awun dalam kebaikan saja, dan tidak membenarkan umatnya untuk ta’awun dalam kejahatan (lihat QS Al Maidah: 2).

Oleh sebab itu manusia selalu memerlukan kepada orang lain untuk terus mengingatkannya, supaya kembali memakai kompas yang ada, supaya tidak tersesat jalan. Dan Allah swt. telah mengajarkan kepada umat-Nya bahwa peringatan sangat bermanfaat bagi kaum mukminin (lihat QS 51 : 55). Bahkan Allah swt menjadikan orang-orang yang selalu ta’awun dalam kebenaran dan kesabaran kedalam kelompok mereka yang tidak merugi dalam hidupnya. (lihat QS Al Ashr).

Umat Islam perlu mempraktekkan kembali prinsip ta’awun ini dalam kehidupannya, misalnya dengan melakukan hal-hal berikut:

1. Dengan saling mengingatkan akan pentingnya mengisi waktu secara maksimal untuk beribadah di bulan ini, atau saling membangunkan untuk menyantap hidangan sahur dengan mengetuk pintu tetangga atau via telepon, pager dan lain-lain.
2. Mempergunakan sarana-sarana yang disyari’atkan Allah swt. untuk membina ta’awun, dengan membuka lebar-lebar pintu yang dapat mengundang kepada hal-hal yang menggembirakan hati orang lain dan dengan menutup segala pintu yang dapat mengundang perselisihan, apalagi perpecahan. Karena itu, Islam mengharamkan tindak penyebaran isu yang tidak ditopang dengan bukti-bukti nyata, demikian juga ghibah, namimah, berprasangka buruk dengan sesama, saling menghina dan merendahkan, memanggil orang dengan sebutan yang tidak pantas, memata-matai setiap gerak temannya ataupun merasa tinggi hati (lihat QS Al Hujurat : 11 – 12). Dalam kaitan ini ta’awun tidak akan mungkin terwujud dari hati yang tidak padu.
3. Dan di antara perbuatan-perbuatan yang dianjurkan Islam untuk memperkuat ‘alaqah ijtima’iyyah (interaksi sosial) adalah:

a. Silaturrahim

Islam sangat menganjurkan silaturrahim antar keluarga, baik dekat maupun jauh, baik mereka mahram ataupun bukan. Apalagi terhadap kedua orang tua. Islam bahkan mengkategorikan tindak “pemutusan hubungan silaturrahim” sebagai dosa besar. Rasulullah saw. bersabda: “Tidak masuk surga orang yang memutuskan hubungan silaturrahim.” (HR Bukhari dan Muslim).

b. Memuliakan Tamu

Tamu dalam Islam mempunyai kedudukan yang sangat terhormat. Dan menghormati tamu merupakan salah satu indikasi iman seseorang. Rasulullah saw. bersabda: “…barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR Bukhari dan Muslim).

c. Menghormati Tetangga

Demikian juga menghormati tetangga, ia merupakan salah satu indikator apakah seseorang beriman dengan benar atau belum. Rasulullah saw. bersabda: “… barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia memuliakan tetanggana.” (HR Bukhari dan Muslim).

d. Saling Menziarahi

Rasulullah saw. sering menziarahi para sahabatnya. Beliau pernah menziarahi Qais bin Sa’ad bin Ubadah di rumahnya dan mendo’akannya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat-Mu serta rahmat-Mu buat keluarga Sa’ad bin Ubadah”. Beliau juga menziarahi Abdullah bin Zaid bin ‘Ashim, Jabir bin Abdillah dan sahabat-sahabat lainnya. Ini menunjukkan bahwa ziarah memiliki nilai positif dalam mengharmoniskan hidup bermasyarakat.

e. Memberi Ucapan Selamat

Islam sangat menganjurkan perbuatan ini. Dan ucapan itu bisa dilakukan ketika acara pernikahan, kelahiran anak baru, menyambut bulan puasa, menyambut lebaran dan lain-lain. Sedangkan sarana yang dipakai bisa disesuaikan dengan zamannya. Untuk sekarang bisa dilakukan dengan mengirim kartu ucapan selamat, atau mengirim telegram indah, atau pesan lewat pager, sms, e-mail, facebook, atau saling kontak via telepon atau sarana-sarana lain yang bisa dimanfaatkan.

f. Saling Memberi Hadiah

Hadiah meski sekecil apapun, sangat bernilai bagi si penerima. Ia dapat menumbuhkan rasa saling mencintai antara yang memberi dan yang menerima. Inilah yang diisyaratkan oleh sabda Nabi Muhammad saw.: “Hendaklah kalian saling memberi hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai.”

g. Peduli dengan Aktifitas Sosial di Sekitarnya

Orang yang peduli dengan aktifitas orang di sekitarnya, serta sabar menghadapi resiko yang mungkin akan dihadapinya, seperti cemoohan, cercaan serta sikap apatis masyarakat, adalah lebih baik daripada orang yang pada asalnya sudah enggan untuk berhadapan dengan resiko yang mungkin menghadang, sehingga ia lebih memilih untuk mengisolir diri dan tidak menampakkan wajahnya di muka khalayak.

h. Memberi Bantuan Sosial

Islam sangat memperhatikan orang-orang lemah. Maka orang yang tidak terbetik hatinya untuk menolong kalangan ini, atau mendorong orang lain untuk melakukan amal mulia ini, dikatakan sebagai orang yang mendustakan agama (lihat QS Al Ma-‘un: 1 – 3). Sedang memberi buka kepada orang yang berpuasa, Allah swt. akan menyediakan ganjaran seperti yang didapat oleh orang yang berpuasa itu (HR At-Tirmidzi dan An-Nasa-i).

Dengan merealisasikan beberapa hal di atas, insya-Allah ta’awun akan dapat terbina, karena ta’awun baru akan dapat terealisasi apabila ada kesatuan jiwa. Dengan jiwa yang satu, akan tercapailah satu tujuan yang dicita-citakan. Allahu a’lam

Keutamaan Qiyamullail

عَنْ جَابِرٍ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ فِي اللَّيْلِ لَسَاعَةً لَا يُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ

Dari Jabir r.a., ia barkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya pada malam hari itu benar-benar ada saat yang seorang muslim dapat menepatinya untuk memohon kepada Allah suatu kebaikan dunia dan akhirat, pasti Allah akan memberikannya (mengabulkannya); dan itu setiap malam.” (HR. Muslim dan Ahmad)

Qiyamullail adalah sarana berkomunikasi seorang hamba dengan Rabbnya. Sang hamba merasa lezat di kala munajat dengan Penciptanya. Ia berdoa, beristighfar, bertasbih, dan memuji Sang Pencipta. Dan Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sesuai dengan janjinya, akan mencintai hamba yang mendekat kepadanya. Kalau Allah swt. mencintai seorang hamba, maka Ia akan mempermudah semua aspek kehidupan hambaNya. Dan memberi berkah atas semua aktivitas sang hamba, baik aktivitas di bidang dakwah, pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, maupun politik. Sang hamba akan dekat dengan Rabbnya, diampuni dosanya, dihormati oleh sesama, dan menjadi penghuni surga yang disediakan untuknya.

Seorang muslim yang kontinu mengerjakan qiyamullail, pasti dicintai dan dekat dengan Allah swt. Karena itu, Rasulullah saw. menganjurkan kepada kita, “Lazimkan dirimu untuk shalat malam karena hal itu tradisi orang-orang shalih sebelummu, mendekatkan diri kepada Allah, menghapus dosa, menolak penyakit, dan pencegah dari dosa.” (HR. Ahmad)

Jika Anda ingin mendapat kemuliaan di sisi Allah dan di mata manusia, amalkanlah qiyamullail secara kontinu. Dari Sahal bin Sa’ad r.a., ia berkata, “Malaikat Jibril a.s. datang kepada Nabi saw. lalu berkata, ‘Wahai Muhamad, hiduplah sebebas-bebasnya, akhirnya pun kamu akan mati. Berbuatlah semaumu, pasti akan dapat balasan. Cintailah orang yang engkau mau, pasti kamu akan berpisah. Kemuliaan orang mukmin dapat diraih dengan melakukan shalat malam, dan harga dirinya dapat ditemukan dengan tidak minta tolong orang lain.’”

Orang yang shalat kala orang lain lelap tertidur, diganjar dengan masuk surga. Kabar ini sampai kepada kita dari hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abdullah bin Salam dari Nabi saw., beliau bersabda, “Wahai manusia, sebarkanlah salam, berikanlah makanan, dan shalat malamlah pada waktu orang-orang tidur, kalian akan masuk surga dengan selamat.”

Seorang dai yang ingin berhasil dakwahnya, harus mennabur kasih sayang kepada seluruh lapisan masyarakat. Hal itu dapat digapai dengan wajah yang berseri-seri, mengucapkan salam, mengulurkan bantuan, silaturahim, dan pada malam hari memohon kepada Allah diawali dengan qiyamulail. Tapi sayang, yang melaksanakan qiyamulail secara kontinu sangat sedikit jumlahnya. Semoga kita termasuk kelompok yang sedikit ini dan berhak masuk surga tanpa dihisab. Rasululah saw. bersabda, “Seluruh manusia dikumpulkan di tanah lapang pada hari kiamat. Tiba-tiba ada panggilan dikumandangkan dimana orang yang meninggalkan tempat tidurnya, maka berdirilah mereka jumlahnya sangat sedikit, lalu masuk surga tanpa hisab. Baru kemudiaan seluruh manusia diperintah untuk diperiksa.”

Kiat Mudah Qiyamullail

Qiyamullail memerlukan kesungguhan dan kebulatan tekad. Jika ada tekad, akan sangat mudah merealisasikannya dengan izin Allah. Berikut ini kiat-kiat pendorong meninggalkan tempat tidur untuk bermunajat kepada Yang Maha Pengasih.

1. Programlah aktivitas Anda di hari yang malamnya Anda rencanakan untuk qiyamulail agar memungkinkan Anda tidak kelelahan. Sehingga tidak membuat Anda tidur terlalu lelap.

2. Pahamilah bahwa Anda punya kebutuhan jasmani, aqli, dan ruhani, serta Anda wajib memenuhinya dengan seimbang.

3. Hindari maksiat. Sebab menurut pengalaman Sufyan Ats-Tsauri, “Aku sulit sekali melakukan qiyamullail selama 5 bulan disebabkan satu dosa yang aku lakukan.”

4. Ketahuilah fadhilah (keutamaan) dan keistimewaan qiyamulail. Dengan begitu Anda termotivasi untuk melaksanakannya.

5. Tumbuhkan perasaan sangat ingin bermunajat dengan Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

6. Makan malam jangan kekenyangan, berdoa untuk bisa bangun malam, dan jangan lupa pasang alarm sebelum tidur.

7. Baik juga jika Anda janjian dengan beberapa teman untuk saling membangunkan dengan miscall melalui telepon atau handphone yang Anda miliki.

8. Buat kesepakatan dengan istri dan anak-anak bahwa keluarga punya program qiyamullail bersama sekali atau dua malam dalam sepekan.

9. Berdoalah kepada Allah swt. untuk dipermudah dalam beribadah kepadaNya.

Senin, 19 Oktober 2009

Konsep diri Akademik

B. Konsep diri akademik
1. Pengertian Konsep Diri Akademik
Staines (Burns, 1979) mendefinisikan konsep diri sebagai suatu sistem sadar dari hal-hal yang dipersepsikan, konsep-konsep, evaluasi-evealuasi mengenai individu sebagimana siswa tampak bagi individu tersebut. Selanjutnya konsep diri menurut Hurlock (1978) pada dasarnya merupakan pengertian dan harapan seseorang mengenai diri yang dicita-citakan dan bagaimana dirinya dalam realitas yang sesungguhnya, baik secara fisik maupun psikologik. Sedangkan Burns (1979) menerangkan konsep diri adalah salah satu unsur dalam kepribadian yang menerangkan perilaku
Konsep diri menurut Rogers (Burns,1979) adalah organisasi dari persepsi-peesepsi diri, yang tersusun atas:
a. Persepsi-persepsi dari karakteristik-karakteristik dan kemampuan-kemampuan seseorang.
b. Hal-hal yang dipersepsikan dan konsep-konsep tentang diri yang berhubungan dengan orang lain dan lingkungan
c. Kualitas-kulaitas nilai yang dipersepsikan yang dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman dan objek-objek
d. Tujuan-tujuan dan ide-ide yang dipersepsikan mempunyai valensi negatif atau positif
Konsep diri tidak statis melainkan dibentuk oleh pengalaman dan bagaimana individu menginterpretasikan pengalamannya (Hamachek dalam Glover dan Bruning, 1990)
Konsep diri pertama kali dipelajari anak dari lingkungan keluarganya (orangtua, kakak, , kakek, nenek) kemudian ke lingkungan yang lebih luas lagi (masyarakat sekolah) konsep diri ini menjadi penentu yang paling penting dari respon terhadap lingkungan ( Burns, 1979)
Konsep diri atau penilaian diri merupakan variabel yang sangat penting dalam mencapai prestasi akademis (Fitts, 1972). Konsep diri juga sering diartikan tentang bagaimana individu mengambarkan dirinya yang akan mempengaruhi pola bersikap, berpikir dan berperilaku serta mempunyai rasa optimis dalam mengerjakan tugas-tugas dalam hidup sehingga segala tugas dapat dikerjakan secara optimal.
Shavelson, dkk (1976) mengemukakan bahwa konsep diri terdiri dari konsep diri akademik dan non akademik. Pada kalangan pelajar konsep diri baik secara fisik, sosial maupun akademik akan berpengaruh terhadap bagaimana seseorang memetakan diri dan merespon segala pembaharuan yang datang dari luar. Oleh karena itu konsep diri ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan siswa, terutama dalam kelangsungan pendidikannya. Hal tersebut relevan dengan pendapat dari Song dan Hatie (1984) bahwa konsep diri akademik, konsep diri sosial dan penampilan diri berkorelasi signifikan dengan perilakunya.
Konsep diri akademik muncul pada saat anak mulai berhubungan dengan bidang akademik atau pada saat mereka memasuki bangku sekolah. Perkembangan konsep diri akademik dipengaruhi oleh lingkungan yang luas. Yaitu bukan saja orangtua tetapi juga teman-teman sebaya dan guru-guru (Burns, 1979). Lingkungan sekolah memberikan pengembangan ketrampilan-ketrampilan yang baru yang menjadikan anak mengevaluasi dirinya yakni dengan membandingkan dirinya sendiri dengan oranglain dan mempersepsikan evaluasi oranglain terhadap dirinya. Thomas (Burns 1979) membuktikan bahwa sikap, pengharapan dan evaluasi guru sangat berpengaruh terhadap diri akademik siswa.
Seseorang yang mempunyai status pelajar pasti mempunyai konsep diri akademik (Ngantung, 1992) konsep diri akademik ini terbentuk dari pandangan para siswa yang bersangkutan tentang kemampuannya dalam pelajaran disekolah. Setiap mata pelajaran yang ada disekolah menjadi satu dimensi spesifik yang menyusun konsep diri akademik. Demikian halnya pada siswa-siswa di sekolah akan mempunyai konsep diri akademik yang terbentuk dari persepsi siswa tentang kemampuan dirinya tersebut sangat penting peranannya dalam proses pendidikan, terutama berkaitan dengan kelangsungan pendidikannya di masa yang akan datang. Para siswa yang terdiri dari anak usia remaja membutuhkan adanya pengakuan dan penghargaan dari lingkungan. Salah satu kebutuhan yang dapat dipenuhi dari lingkungan sekolah adalah pengakuan dan penghargaan terhadap prestasinya (Pikunas, 1967) dari gambaran siswa terhadap kemampuan dirinya dalam pelajaran disekolah, dan persepsi siswa tentang pandangan guru dan teman-teman terhadap kemampuannya tersebut akan membentuk suatu konsep diri akademik
Siswa yang mempunyai konsep diri akan menerima diri sendiri apa adanya mempunyai harapan yang realistik dan kepercayaan diri yang tinggi. Sehubungan dengan hal diatas Burns (1979) menyatakan bahwa konsep diri yang positif dapat diketahui dengan adanya self esteem (penghargaan diri) yang tinggi. Sebaliknya konsep diri yang negatif dapat diketahui dengan evaluasi diri yang negatif, rasa benci terhadap diri, merasa rendah diri, kurang dapat menerima dan merasa kurang berharga. Dalam hal ini Cooper Smith juga mengemukakan pendapat dan cenderung mempunyai motivasi yang tinggi dalam mencapai prestasi (Partosuwido dkk, 1992)
Konsep diri akademik adalah bagian dari self esteem yang melibatkan persepsi anak terhadap kemampuan akademiknya (Vasta dkk, 1992). Menurut Conger (1977), konsep diri akademik adalah gambaran diri siswa terhadap kemampuannya berkaitan dengan tugas-tugas sekolah bila dibandingkan temannya serta persepsi siswa tersebut tentang pandangan guru dan teman-temannya terhadap kemampuan dirinya.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari konsep diri akademik adalah pandangan para siswa tentang dirinya sendiri, terutama menyangkut kemampuan dalam bidang akademik disekolah yang ikut menentukan siswa dalam merespon pembaharuan yang datang dari luar.
2. Aspek-aspek Konsep Diri Akademik
Wyle (1976), Hansford dan Hatie (1982) dan Marsh (1992) mengemukakan bahwa konsep diri akademik yang mengacu pada persepsi dan perasaan siswa terhadap dirinya berhubungan dengan bidang akademikl, secara umum mempunyai tiga aspek utama yaitu kepercayaan diri, penerimaan diri, dan penghargaan diri. Dari beberapa apek tersebut maka dapat dijelaskan secara lebih terinci, terutama dikaitkan dengan keadaan para pelajar.
a. Kepercayaan diri
Siswa yang mempunyai kepercayaan diri tinggi akan merasa yakin akan kemampuan nya di bidang yang akan digeluti dan mereka akan berusaha untuk meraih prestasi yang tinggi. Sebaliknya siswa yang akan mempunyai kepercayaan diri rendah akan diliputi oleh keraguan dalam belajar dan menekuni pendidikan sesuai dengan bidang yang digelutinya disekolah.
b. Penerimaan diri
Para siswa yang dapat menerima baik kelebihan maupun kekurangannya akan dapat memperkirakan kemampuan yang dimilikinya, dan yakin terhadap ukuran-ukurannya sendiri tanpa harus terpengaruh pendapat orang lain selanjutnya siswa akan mampu untuk menerima keterbatasan dirinya tanpa harus menyalahkan orang lain.
c. Penghargaan diri
Rasa harga diri pada diri individu tumbuh dan berasal dari penilaian pribadi yang kemudian menghasilkan suatu akibat terutama pada proses pemikiran, perasaan-perasaan, keinginan-keinginan, nilai-nilai dan tujuannya yang membawa ke arah keberhasilan atau kegagalannya (Nathaniel, dalam Kwartarini, 1988). Pada siswa yang menghargai dirinya akan berpikir positif tentang dirinya maupun bidang yang mereka geluti disekolah, dan hal ini akan mendorong mereka dalam mencapai suatu kesuksesan dalam bidang pendidikan.
Selain tiga aspek utama konsep diri akademik yang telah dikemukakan diatas, Song dan Hatie (1984) menambahkan bahwa terdapat 3 komponen utama dalam Konsep Diri Akademik, yaitu :
a. Classroom Self Concept. Hal ini berarti bahwa siswa membandingkan dirinya dengan teman-teman lain dalam kelas.
b. Ability Self Concept. Hal ini mengacu pada konsep diri yang berhubungan dengan kemampuan akademik siswa
c. Achievement Self Concept. Hal ini mengacu pada pengertian konsep diri yang berhubungan dengan prestasi aktual akademik siswa.
Mengacu pada pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Konsep Diri Akademik adalah kepercayaan, penerimaan dan penghargaan individu terhadap dirinya yang berhubungan dengan akademik, yaitu perbandingan dengan individu lain dikelas, kemampuan akademik dan prestasi aktual akademiknya.
Aspek-aspek Konsep Diri

Dimensi Internal, terdiri atas tiga bagian:

1. Diri identitas, yaitu label ataupun simbol yang dikenakan oleh seseorang untuk menjelaskan dirinya dan membentuk identitasnya. Label- label ini akan terus bertambah seiring dengan bertumbuh dan meluasnya kemampuan seseorang dalam segala bidang.
2. Diri pelaku, yaitu adanya keinginan pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan dorongan rangsang internal maupun eksternal. Konsekuensi perilaku tersebut akan berdampak pada lanjut tidaknya perilaku tersebut, sekaligus akan menentukan apakah suatu perilaku akan diabstraksikan, disimbolisasikan, dan digabungkan dalam diri identitas.
3. Diri penilai, yang lebih berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, penghayal, pembanding, dan terutama sebagai penilai. Di samping fungsinya sebagai jembatan yang menghubungkan kedua diri sebelumnya.

Dimensi Eksternal (terkait dengan konsep diri positif dan negatif), terdiri dari enam bagian:

1. Konsep diri fisik, yaitu cara seseorang dalam memandang dirinya dari sudut pandang fisik, kesehatan, penampilan keluar, dan gerak motoriknya. Konsep diri seseorang dianggap positif apabila ia memiliki pandangan yang positif terhadap kondisi fisiknya, penampilannya, kondisi kesehatannya, kulitnya, tampan atau cantiknya, serta ukuran tubuh yang ideal. Dianggap sebagai konsep diri yang negatif apabila ia memandang rendah atau memandang sebelah mata kondisi yang melekat pada fisiknya, penampilannya, kondisi kesehatannya, kulitnya, tampan atau cantiknya, serta ukuran tubuh yang ideal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Moreno & Cervelló (2005) membuktikan bahwa terdapat relevansi yang signifikan antara intensitas melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat fisik dengan tinggi rendahnya konsep diri fisik individu. Semakin sering individu melakukan kegiatan-kegiatan fisik—seperti olah raga, bekerja—maka akan semakin tinggi pula konsep diri fisiknya, demikian pula sebaliknya.
2. Konsep diri pribadi, yaitu cara seseorang dalam menilai kemampuan yang ada pada dirinya dan menggambarkan identitas dirinya. Konsep diri seseorang dapat dianggap positif apabila ia memandang dirinya sebagai pribadi yang penuh kebahagiaan, memiliki optimisme dalam menjalani hidup, mampu mengontrol diri sendiri, dan sarat akan potensi. Dapat dianggap sebagai konsep diri yang negatif apabila ia memandang dirinya sebagai individu yang tidak pernah (jarang) merasakan kebahagiaan, pesimis dalam menjalani kehidupan, kurang memiliki kontrol terhadap dirinya sendiri, dan potensi diri yang tidak ditumbuhkembangkan secara optimal.
3. Konsep diri sosial, yaitu persepsi, pikiran, perasaan, dan evaluasi seseorang terhadap kecenderungan sosial yang ada pada dirinya sendiri, berkaitan dengan kapasitasnya dalam berhubungan dengan dunia di luar dirinya, perasaan mampu dan berharga dalam lingkup interaksi sosialnya. Konsep diri dapat dianggap positif apabila ia merasa sebagai pribadi yang hangat, penuh keramahan, memiliki minat terhadap orang lain, memiliki sikap empati, supel, merasa diperhatikan, memiliki sikap tenggang rasa, peduli akan nasib orang lain, dan aktif dalam berbagai kegiatan sosial di lingkungannya. Dapat dianggap sebagai konsep diri yang negatif apabila ia merasa tidak berminat dengan keberadaan orang lain, acuh tak acuh, tidak memiliki empati pada orang lain, tidak (kurang) ramah, kurang peduli terhadap perasaan dan nasib orang lain, dan jarang atau bahkan tidak pernah melibatkan diri dalam aktivitas-aktivitas sosial.
4. Konsep diri moral etik, berkaitan dengan persepsi, pikiran, perasaan, serta penilaian seseorang terhadap moralitas dirinya terkait dengan relasi personalnya dengan Tuhan, dan segala hal yang bersifat normatif, baik nilai maupun prinsip yang memberi arti dan arah bagi kehidupan seseorang. Konsep diri seseorang dapat dianggap positif apabila ia mampu memandang untuk kemudian mengarahkan dirinya untuk menjadi pribadi yang percaya dan berpegang teguh pada nilai-nilai moral etik, baik yang dikandung oleh agama yang dianutnya, maupun oleh tatanan atau norma sosial tempat di mana dia tinggal. Sebaliknya, konsep diri individu dapat dikategorikan sebagai konsep diri yang negatif bila ia menyimpang dan tidak mengindahkan nilai-nilai moral etika yang berlaku—baik nilai-nilai agama maupun tatanan sosial—yang seharusnya dia patuhi.
5. Konsep diri keluarga, berkaitan dengan perspesi, perasaan, pikiran, dan penilaian seseorang terhadap keluarganya sendiri, dan keberadaan dirinya sendiri sebagai bagian integral dari sebuah keluarga. Seseorang dianggap memiliki konsep diri yang positif apabila ia mencintai sekaligus dicintai oleh keluarganya, merasa bahagia berada di tengah-tengah keluarganya, merasa bangga dengan keluarga yang dimilikinya, dan mendapat banyak bantuan serta dukungan dari keluarganya. Dianggap negatif apabila ia merasa tidak mencintai sekaligus tidak dicintai oleh keluarganya, tidak merasa bahagia berada di tengah-tengah keluarganya, tidak memiliki kebanggaan pada keluarganya, serta tidak banyak memperoleh bantuan dari keluarganya.
6. Konsep diri akademik, berkaitan dengan persepsi, pikiran, perasaan, dan penilaian seseorang terhadap kemampuan akademiknya. Konsep diri positif apabila ia menganggap bahwa dirinya mampu berprestasi secara akademik, dihargai oleh teman-temannya, merasa nyaman berada di lingkungan tempat belajarnya, menghargai orang yang memberi ilmu kepadanya, tekun dalam mempelajari segala hal, dan bangga akan prestasi yang diraihnya. Dapat dianggap sebagai konsep diri akademik yang negatif apabila ia memandang dirinya tidak cukup mampu berprestasi, merasa tidak disukai oleh teman-teman di lingkungan tempatnya belajar, tidak menghargai orang yang memberi ilmu kepadanya, serta tidak merasa bangga dengan prestasi yang diraihnya (dalam Nashori, 2000).

Kuper & Kuper (2000) menyebutkan dua aspek besar dalam menjelaskan konsep diri, yaitu identitas dan evaluasi diri. Pertama, konsep identitas. Konsep ini terfokus pada makna yang dikandung diri sebagai suatu obyek, memberi struktur dan isi pada konsep diri, dan mengaitkan diri individu pada sistem sosial.

Secara umum, identitas mengacu pada siapa atau apa dari seseorang, sekaligus mengacu pada pelbagai makna yang diberikan pada seseorang oleh dirinya sendiri dan orang lain. Kedua, evaluasi diri (atau harga diri) dapat terjadi pada identitas-identitas tertentu yang dianut oleh individu, atau dapat juga terjadi pada evaluasi holistik tentang diri. Menurut Gecas & Schwalbe (dalam Kuper & Kuper, 2000) individu biasanya lebih tertarik untuk membuat evaluasi diri berdasarkan dua kategori besar, yaitu pengertian mereka tentang kompetensi atau kemampuan diri mereka, dan pengertian mereka tentang kebaikan atau nilai moral.

Calhoun & Acocella (1990) membagi konsep diri ke dalam tiga dimensi, yaitu:

1. dimensi pengetahuan, yaitu deskripsi seseorang terhadap dirinya. Misalnya jenis kelamin, etnis, ras, usia, berat badan, atau pekerjaan.
2. dimensi harapan, yaitu kepemilikan seseorang terhadap satu set pandangan mengenai kemungkinan akan menjadi apa dirinya kelak.
3. dimensi penilaian, yaitu penilai tentang diri sendiri. Berdasarkan hasil penelitiannya Marsh (1987) menyimpulkan bahwa evaluasi atau penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri dalam rangka untuk memperbaiki diri sendiri di masa mendatang akan memunculkan konsep diri yang sangat kuat.

Selasa, 06 Oktober 2009

TERAPI KOGNITIF-BEHAVIORAL

TERAPI KOGNITIF-BEHAVIORAL

Terapi perilaku kognitif (atau terapi perilaku kognitif, CBT) adalah sebuah pendekatan psikoterapi yang bertujuan untuk memecahkan masalah mengenai disfungsional emosi, perilaku dan kognisi melalui berorientasi tujuan, prosedur sistematis. Judul digunakan dalam berbagai cara untuk menunjukkan terapi perilaku, terapi kognitif, dan untuk merujuk pada terapi berdasarkan kombinasi perilaku dasar dan penelitian kognitif.

Ada bukti empiris bahwa CBT sangat efektif untuk mengobati berbagai masalah, termasuk suasana hati, kecemasan, kepribadian, makan, penyalahgunaan zat, dan gangguan psikotik. Perawatan seringkali manualized, dengan teknik khusus berbasis singkat, langsung, dan waktu-terbatas perawatan untuk gangguan psikologis tertentu. CBT digunakan dalam terapi individual maupun pengaturan grup, dan teknik yang sering diadaptasi untuk aplikasi swadaya. Beberapa dokter dan peneliti yang lebih berorientasi kognitif (misalnya restrukturisasi kognitif), sementara yang lain lebih perilaku berorientasi (in vivo paparan terapi). Intervensi lain menggabungkan keduanya (misalnya paparan imaginal terapi).

CBT ini terutama dikembangkan melalui terapi perilaku penggabungan dengan terapi kognitif. Sementara berakar pada teori yang agak berbeda, kedua tradisi menemukan landasan bersama dalam memusatkan perhatian pada "di sini dan sekarang", dan mengurangi gejala. [5] Banyak CBT program perawatan untuk gangguan tertentu telah dievaluasi untuk keberhasilan dan efektivitas; perawatan kesehatan trend pengobatan berbasis bukti, di mana perawatan spesifik untuk diagnosis berdasarkan gejala disarankan, telah disukai CBT atas pendekatan-pendekatan lain seperti perawatan psikodinamik. Di Britania Raya, National Institute for Health and Clinical Excellence CBT merekomendasikan sebagai pengobatan pilihan bagi sejumlah masalah kesehatan mental, termasuk post-traumatic stress disorder, OCD, bulimia nervosa dan depresi klinis.

Akar CBT dapat dilacak dengan perkembangan terapi perilaku pada awal abad ke-20, perkembangan kognitif terapi di tahun 1960-an, dan kemudian penggabungan dari keduanya. Therapeutical pendekatan perilaku muncul pada awal tahun 1924, dengan Maria Cover Jones bekerja pada unlearning ketakutan pada anak-anak. Namun, itu selama periode 1950-1970 yang benar-benar muncul di lapangan, dengan para peneliti di Amerika Serikat, Kerajaan Inggris dan Afrika Selatan yang terinspirasi oleh teori belajar behavioris Ivan Pavlov, John B. Watson dan Clark L. Hull. Di Britania, pekerjaan ini sebagian besar terfokus pada gangguan neurotik melalui karya Yusuf Wolpe, yang menerapkan temuan-temuan dari percobaan hewan ke metode desensitisasi sistematis, para pendahulu untuk hari ini teknik pengurangan rasa takut. Hans Eysenck psikolog Inggris, terinspirasi oleh tulisan-tulisan Karl Popper, dikritik psikoanalisis dengan berpendapat bahwa "jika Anda menyingkirkan gejala, Anda menyingkirkan neurosis ", dan terapi perilaku disajikan sebagai alternatif yang konstruktif. Di Amerika Serikat, psikolog yang menerapkan behaviorisme radikal BF Skinner dari penggunaan klinis . Banyak dari karya ini terkonsentrasi ke arah yang parah, gangguan kejiwaan kronis, seperti perilaku psikotik. dan autisme Albert Ellis (1913-2007) adalah seorang pionir dalam pengembangan CBT.

Meskipun pendekatan perilaku awal berhasil di banyak gangguan neurotik, itu tidak berhasil dalam pengobatan depresi. Behaviorisme juga kalah dalam popularitas karena apa yang disebut "revolusi kognitif". Pendekatan terapeutik Albert Ellis dan Aaron T. Beck populer di kalangan terapis perilaku, meskipun sebelumnya penolakan behavioris "mentalistik" konsep seperti pikiran dan kognisi. Kedua sistem ini termasuk unsur-unsur dan intervensi perilaku dan terutama berkonsentrasi pada masalah-masalah di masa sekarang. Albert Ellis sistem, berasal dari awal 1950-an, pertama kali disebut terapi rasional, dan dapat diperdebatkan disebut salah satu bentuk terapi perilaku kognitif. Itu adalah sebagian didirikan sebagai reaksi terhadap teori psikoterapi yang populer pada waktu itu, terutama psikoanalisis. [13] Aaron T. Beck, terinspirasi oleh Albert Ellis, terapi kognitif yang dikembangkan, pada 1960-an. [14] Kognitif terapi dengan cepat menjadi favorit intervensi untuk studi penelitian psikoterapi dalam pengaturan akademik. Dalam penelitian awal, itu sering kontras dengan perilaku perawatan untuk melihat yang paling efektif. Selama tahun 1980-an dan 1990-an, kognitif dan teknik perilaku digabungkan ke terapi perilaku kognitif. Penting dalam penggabungan ini adalah perkembangan sukses pengobatan gangguan panik oleh David M. Clark di Inggris dan David H. Barlow di Amerika Serikat.
Bersamaan dengan kontribusi dari Albert Ellis dan Beck, dimulai pada akhir tahun 1950-an dan terus berlanjut sampai tahun 1970-an, Arnold A. Lazarus dikembangkan apa yang bisa dikatakan bentuk pertama spektrum luas terapi perilaku kognitif. Ia kemudian memperluas fokus perilaku perawatan untuk menggabungkan aspek-aspek kognitif. Ketika itu menjadi jelas bahwa terapi mengoptimalkan efektivitas dan mempengaruhi hasil pengobatan tahan lama sering diharuskan melampaui lebih difokuskan secara sempit perilaku kognitif dan metode [klarifikasi diperlukan], Arnold Lazarus memperluas cakupan CBT untuk memasukkan sensasi fisik (sebagai berbeda dari keadaan emosional), gambar-gambar visual (seperti yang berbeda dari pemikiran berbasis bahasa), hubungan interpersonal, dan faktor biologis. Samuel Yochelson dan Stanton Samenow memelopori gagasan bahwa pendekatan perilaku kognitif dapat digunakan berhasil dengan populasi kriminal. Mereka adalah para penulis, Kriminal Kepribadian Vol.I. Buku ini memiliki jumlah luas informasi mengenai dinamika pemikiran kriminal dan penerapan pendekatan perilaku kognitif.
Pendekatan dan sistem Informasi lebih lanjut: Daftar terapi perilaku-kognitif CBT mencakup berbagai pendekatan dan sistem terapeutik; beberapa yang paling terkenal termasuk terapi kognitif, rasional emotif terapi perilaku dan terapi multimodal. Mendefinisikan ruang lingkup apa merupakan terapi perilaku-kognitif merupakan kesulitan yang telah berlangsung sepanjang perkembangannya.Teknik terapi tertentu bervariasi dalam CBT pendekatan yang berbeda sesuai dengan jenis masalah khusus masalah, tetapi umumnya mungkin termasuk menulis catatan harian dari peristiwa-peristiwa penting dan terkait perasaan, pikiran dan perilaku; pertanyaan dan pengujian kognisi, asumsi, evaluasi dan keyakinan yang mungkin menjadi tidak berguna dan tidak realistis; secara bertahap kegiatan yang dihadapi mungkin telah dihindari; dan mencoba cara baru bersikap dan bereaksi. Relaksasi, kesadaran dan gangguan teknik juga biasanya disertakan. Terapi perilaku kognitif sering juga digunakan dalam hubungannya dengan menstabilkan suasana hati obat untuk mengobati kondisi seperti gangguan bipolar. Penerapannya dalam mengobati skizofrenia bersama dengan obat-obatan dan terapi keluarga diakui oleh NICE pedoman (lihat di bawah) di dalam NHS Inggris.
Akan melalui terapi perilaku kognitif umumnya bukan merupakan proses semalam untuk klien. Bahkan setelah klien telah belajar untuk mengenali kapan dan di mana proses mental mereka pergi salah, itu dalam beberapa kasus dapat mengambil banyak waktu atau usaha untuk mengganti disfungsional kognitif-afektif-proses perilaku atau kebiasaan dengan yang lebih masuk akal dan adaptif satu.

Terapi kelompok perilaku kognitif merupakan pendekatan terapi kelompok, yang dikembangkan oleh Richard Heimberg untuk pengobatan fobia sosial. Ada sesi terapi perilaku kognitif di mana pengguna komputer berinteraksi dengan perangkat lunak (baik pada PC, atau kadang-kadang melalui suara-layanan telepon diaktifkan), bukannya berhadapan langsung dengan seorang terapis. Hal ini dapat memberikan pilihan bagi pasien, terutama mengingat kenyataan bahwa tidak ada terapis selalu tersedia, atau biaya dapat menjadi penghalang. Bagi orang-orang yang merasa tertekan dan menarik diri, prospek harus berbicara dengan seseorang tentang masalah yang terdalam mereka bisa off-putting. Dalam hal ini, komputerisasi CBT (terutama jika disampaikan secara online) bisa menjadi pilihan yang baik.

Percobaan acak terkendali telah terbukti efektivitasnya, dan pada bulan Februari 2006, Inggris Lembaga Nasional untuk Kesehatan dan Keunggulan klinis menyarankan agar CCBT dibuat tersedia untuk digunakan dalam NHS di Inggris dan Wales, untuk mempresentasikan pasien dengan depresi ringan sampai sedang, bukan langsung memilih untuk obat antidepresan.
aplikasi spesifik CBT yang diterapkan pada banyak klinis dan non-kondisi klinis dan telah berhasil digunakan sebagai pengobatan bagi banyak kelainan klinis, kondisi kepribadian dan masalah tingkah laku. Sementara CBT sangat efektif untuk sejumlah gangguan, penting untuk dicatat bahwa kognitif terapi perilaku tidak mungkin efektif pada pasien dengan ketergantungan zat dan / atau masalah pelecehan sebagai terapi perilaku kognitif itu sendiri tidak dapat mengubah diinduksi obat atau alkohol gejala kesehatan mental.
Konsep dasar dalam perawatan CBT gangguan kecemasan adalah in vivo paparan-paparan bertahap aktual, takut rangsangan. Perawatan ini didasarkan pada teori bahwa respons rasa takut telah dikondisikan secara klasik dan bahwa menghindari positif memperkuat dan memelihara rasa takut itu. Ini "dua-faktor" model sering dikreditkan untuk O. Hobart Mowrer. Melalui paparan stimulus, pengkondisian ini dapat terpelajar; ini disebut sebagai kepunahan dan habituasi. Fobia spesifik, seperti takut laba-laba, sering dapat diobati dengan in vivo exposure dan terapis pemodelan dalam satu sesi. obsesif kompulsif biasanya diobati dengan pajanan dengan respons pencegahan. Fobia sosial sering diperlakukan dengan pajanan dibarengi dengan restrukturisasi kognitif, seperti dalam terapi kelompok Heimberg protokol. Bukti menunjukkan bahwa intervensi kognitif meningkatkan hasil pengobatan fobia sosial. CBT telah terbukti efektif dalam pengobatan gangguan kecemasan umum, dan mungkin lebih efektif daripada pengobatan farmakologis dalam jangka panjang. Bahkan, salah satu pasien yang akan menjalani studi benzodiazepine penarikan yang mempunyai diagnosis gangguan kecemasan umum menunjukkan bahwa orang yang menerima CBT yang sangat tinggi tingkat keberhasilan menghentikan benzodiazepin dibandingkan dengan mereka yang tidak menerima CBT. Tingkat keberhasilan ini dipertahankan pada 12 bulan follow up. Lebih jauh lagi pada pasien yang telah menghentikan benzodiazepin ditemukan bahwa mereka tidak lagi bertemu dengan diagnosis gangguan kecemasan umum dan pasien tidak lagi memenuhi diagnosis gangguan kecemasan umum lebih tinggi pada kelompok yang menerima CBT. Dengan demikian CBT dapat menjadi alat yang efektif untuk menambah dosis secara bertahap program penurunan benzodiazepine menuju perbaikan dan berkelanjutan manfaat kesehatan mental. Salah satu teori etiologi depresi adalah Aaron Beck teori kognitif depresi. Teorinya menyatakan bahwa depresi orang berpikir cara mereka lakukan karena pemikiran mereka bias terhadap interpretasi negatif. Menurut teori ini, orang depresi memperoleh skema negatif dunia di masa kanak-kanak dan remaja sebagai akibat dari peristiwa kehidupan menegangkan. Ketika orang dengan skema seperti itu bertemu dengan sebuah situasi yang dalam beberapa cara yang mirip dengan kondisi di mana skema aslinya adalah belajar, skema negatif dari orang yang sudah diaktifkan. Beck juga menggambarkan sebuah triad kognitif negatif, terdiri dari skema negatif dan bias kognitif dari orang; Beck berteori bahwa depresi individu membuat evaluasi negatif dari diri mereka sendiri, dunia, dan masa depan. Tertekan orang, menurut teori ini, memiliki pandangan seperti "Saya tidak pernah melakukan pekerjaan yang baik," "Tidak mungkin untuk memiliki hari yang baik," dan "hal-hal yang tidak akan pernah menjadi lebih baik." Skema negatif membantu menimbulkan bias kognitif, dan bias kognitif membantu bahan bakar skema negatif. Ini adalah triad negatif. Selain itu, Beck mengusulkan agar orang-orang depresi seringkali memiliki bias kognitif berikut: sewenang-wenang kesimpulan, selektif abstraksi, lebih-generalisasi, pembesaran dan minimisasi. Bias kognitif ini cepat untuk membuat negatif, umum, dan kesimpulan pribadi diri, sehingga mendorong skema negatif.

Terapi perilaku kognitif telah terbukti sebagai pengobatan yang efektif untuk depresi klinis. Sebuah studi skala besar pada tahun 2000 [30] menunjukkan hasil yang lebih tinggi secara substansial respon dan pengampunan (73% untuk terapi kombinasi vs 48% untuk baik CBT atau antidepresan dihentikan tertentu saja) ketika suatu bentuk terapi perilaku kognitif dan dihentikan tertentu anti -obat depresi digabungkan daripada ketika baik modalitas digunakan sendirian.
Untuk hasil yang lebih umum menyatakan bahwa CBT sendiri dapat memberikan yang lebih rendah tetapi tetap saja tingkat bantuan berharga dari depresi, dan mengakibatkan peningkatan kemampuan bagi pasien untuk tetap dalam pekerjaan, lihat The Depresi Report, yang menyatakan: 100 orang menghadiri sampai dengan enam belas sesi mingguan satu-lawan-satu yang berlangsung satu jam masing-masing, beberapa akan hilang, tetapi dalam waktu empat bulan 50 orang akan kehilangan jiwa mereka gejala di atas dan di atas mereka yang akan melakukannya juga. American Psychiatric Association Practice Guidelines (April 2000) menunjukkan bahwa di antara pendekatan psikoterapi, terapi perilaku kognitif dan interpersonal psikoterapi memiliki kemanjuran terdokumentasi terbaik untuk pengobatan penyakit depresi.
Terapi perilaku kognitif telah ditemukan untuk menjadi efektif dalam mengurangi penggunaan benzodiazepine dalam perawatan insomnia. Sebuah percobaan berskala besar memanfaatkan CBT untuk pengguna kronis obat penenang hypnotics termasuk nitrazepam, temazepam dan zopiclone menemukan penambahan CBT untuk meningkatkan hasil dan mengurangi konsumsi obat dalam pengobatan insomnia kronis. Bertahan perbaikan dalam kualitas tidur, tidur latency, dan meningkatkan tidur total, serta perbaikan dalam tidur efisiensi dan perbaikan signifikan dalam vitalitas dan kesehatan fisik dan mental di 3 -, 6 - dan 12-bulan tindak lanjut ditemukan dalam mereka yang menerima kognitif terapi perilaku dengan hypnotics dibandingkan dengan pasien yang menerima hypnotics sendirian. Sebuah ditandai pengurangan total penggunaan obat penenang hipnotis ditemukan pada mereka yang menerima CBT, dengan 33% melaporkan tidak menghipnotis penggunaan narkoba. Penulis penelitian mengatakan bahwa CBT secara potensial yang fleksibel, praktis, dan biaya pengobatan yang efektif untuk perawatan insomnia dan CBT yang diberikan bertepatan dengan pengobatan hipnosis mengarah pada pengurangan asupan obat benzodiazepine pada sejumlah besar pasien. Penggunaan kronis obat hipnotik tidak dianjurkan karena efek mereka pada kesehatan dan risiko ketergantungan. Taper secara bertahap klinis biasanya kursus membuat orang turun dari benzodiazepin tapi bahkan dengan pengurangan bertahap sebagian besar orang gagal untuk berhenti minum benzodiazepin. Orang tua sangat sensitif terhadap efek yang merugikan dari obat hipnosis. Sebuah uji klinis pada orang tua tergantung pada benzodiazepine hypnotics menunjukkan bahwa penambahan CBT untuk benzodiazepine secara bertahap meningkatkan program penurunan tingkat keberhasilan menghentikan obat hipnotik benzodiazepine dari 38% menjadi 77% dan pada 12 bulan follow-up dari 24% hingga 70% . Makalah menyimpulkan bahwa CBT adalah alat yang efektif untuk mengurangi penggunaan hipnosis pada orang tua dan mengurangi efek yang merugikan kesehatan yang berhubungan dengan hypnotics seperti ketergantungan obat, kognitif dan peningkatan kecelakaan lalu lintas jalan. Sebuah studi lebih lanjut di orang tua dengan membandingkan insomnia obat hipnosis zopiclone melawan CBT CBT menemukan bahwa benar-benar meningkatkan tidur gelombang lambat EEG serta meningkatnya waktu yang digunakan untuk tidur dan menemukan bahwa manfaat tetap dipertahankan pada 6 bulan follow-up. Namun Zopiclone tidur diperparah dengan menekan tidur gelombang lambat. Kurangnya tidur gelombang lambat dihubungkan dengan gangguan fungsi dan kantuk. Zopiclone dikurangi tidur gelombang lambat dan mirip dengan plasebo pada itu tidak menghasilkan manfaat yang langgeng setelah perawatan telah selesai dan pada 6 bulan follow-up ketika CBT memang memiliki manfaat yang langgeng signifikan. Para penulis menyatakan bahwa CBT zopiclone lebih unggul baik dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang. Suatu perbandingan CBT dan obat hipnosis zolpidem (Ambien) menemukan hasil yang sama dengan CBT menunjukkan keunggulan dan manfaat yang berkelanjutan setelah jangka panjang menindaklanjuti . Menariknya penambahan zolpidem CBT dan tidak memberikan manfaat lebih dari CBT sendirian. Beberapa meta-analisis menunjukkan CBT efektif dalam skizofrenia dan American Psychiatric Association mencakup CBT dalam pedoman skizofrenia sebagai pengobatan berbasis bukti. Ada juga beberapa bukti terbatas efektivitas untuk CBT dalam gangguan bipolar dan depresi berat. CBT dapat membantu pasien dengan gangguan mental yang berat untuk memahami pengalaman-pengalaman yang mengarah pada gejala, dan kunci untuk menghubungkan pikiran dan perasaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi atau presipitat mereka. Sebagai contoh, dapat membantu untuk membuat hubungan yang rasional antara sebab-sebab menimbulkan seperti halusinogen stimulan atau obat-obatan dan gejala-gejala seperti episode psikotik. Dengan bantuan seorang terapis, pasien mungkin bahkan merancang dan melaksanakan eksperimen perilaku yang dapat membantu mereka untuk belajar bagaimana meningkatkan kualitas hidup mereka.

Penggunaan CBT telah diperpanjang untuk anak-anak dan remaja dengan hasil yang baik. Hal ini sering digunakan untuk mengobati penyakit depresi, gangguan kecemasan, dan gejala yang berkaitan dengan trauma dan gangguan stres posttraumatic. Kerja yang signifikan telah dilakukan di daerah ini oleh Mark Reinecke dan rekan-rekannya di Northwestern University dalam program Psikologi Klinis di Chicago. Paula Barrett dan rekan-rekannya juga telah divalidasi CBT sebagai kelompok efektif dalam pengaturan untuk perawatan anak muda dan kecemasan menggunakan Program Teman dia menulis. Program CBT ini telah diakui sebagai praktek terbaik untuk pengobatan kecemasan pada anak-anak oleh World Health Organization. CBT telah digunakan dengan anak-anak dan remaja untuk mengobati berbagai kondisi dengan kesuksesan yang baik. CBT juga digunakan sebagai modalitas pengobatan bagi anak-anak yang mengalami gangguan stres posttraumatic kompleks dan kronis penganiayaan.

Terapi perilaku kognitif sekutu paling dekat dengan praktisi ilmuwan-model, di mana praktek dan penelitian klinis diinformasikan oleh perspektif ilmiah, jelas operasionalisasi dari masalah, penekanan pada pengukuran (dan terukur perubahan kognisi dan perilaku) dan dapat diukur pencapaian tujuan. CBT baru-baru ini datang di bawah api dari non-CBT terapis yang mengklaim bahwa data yang tidak sepenuhnya mendukung sejauh mana perhatian dan dana yang diterima maupun para psikoterapi ekstensi luar ke dalam hal-hal seperti mengurangi pengangguran, dan bahwa keterbatasan model CBT bila digunakan untuk selimut-alamat penderitaan psikologis yang tidak diakui. Psikoterapis dan profesor di University of Essex, Andrew Samuels, menyatakan bahwa ini merupakan "sebuah kudeta, suatu permainan kekuasaan oleh masyarakat yang tiba-tiba menemukan dirinya di ambang corralling sejumlah besar uang. Ilmu tidak perspektif yang sesuai dari yang untuk melihat kesulitan emosional. Setiap orang telah digoda oleh CBT's jelas murahnya. "Ia menganggap CBT" kelas dua terapi untuk dianggap warga kelas dua. Ahli psikoterapi terkemuka yang menghadiri konferensi-konferensi besar di University of East Anglia (UEA) pada bulan Juli 2008, mengkritik pengeluaran yang meningkat pada CBT dan meluasnya keyakinan bahwa CBT lebih efektif daripada bentuk-bentuk psikoterapi lainnya. [44] Dalam konferensi ini profesor Mick Cooper dan Robert Elliott (keduanya di University of Strathclyde), William B Stiles (Miami University) dan Seni Bohart (Saybrook Graduate School) mengeluarkan pernyataan bersama, yang secara ringkas menyatakan:

* Ketika lebih banyak penelitian berfokus pada CBT, lebih studi diterbitkan pada CBT. Hal ini memperkuat logis CBT kesalahan yang lebih unggul dan ini memiliki efek negatif langsung pada bentuk-bentuk terapi yang lain, yang didokumentasikan dengan baik tetapi mempunyai tubuh lebih kecil penelitian.

* Orang-orang yang mendapatkan terapi meningkatkan secara substansial, terlepas dari jenis terapi yang mereka dapatkan. Ketika terapi dibandingkan satu sama lain, biasanya mereka menunjukkan untuk sama-sama efektif.

* Berlebihan pengeluaran CBT dan mengecilkan hati bentuk-bentuk terapi, sakit publik.
Pada konferensi yang sama, profesor Robert Elliott dan Beth Freire menyajikan analisis meta lebih dari 80 studi di mana orang-berpusat psikoterapi yang terbukti efektif seperti bentuk-bentuk psikoterapi lainnya, termasuk CBT. Dalam sebuah artikel di 2009 Psikologi Kedokteran berjudul "Cognitive behavioral terapi untuk gangguan psikiatrik utama: apakah itu benar-benar bekerja?", Para penulis menemukan bahwa tidak ada pengadilan yang mempekerjakan kedua menyilaukan dan psikologis CBT plasebo telah ditemukan efektif dalam skizofrenia. Para penulis juga menemukan beberapa baik-studi terkontrol CBT dalam depresi yang menemukan terapi yang efektif, dan bahwa CBT juga tidak efektif dalam mencegah kambuh di bipolar disorder

Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Cognitive_behavioral_therapy